Tahuna, kliktimur.com – Sepertinya pemerintah daerah dan masyarakat terutama pengusaha perlu duduk bersama dalam memoles titik titik destinasi wisata di Kepulauan Sangihe. Sebab dari waktu ke waktu, program pemanfaatan sejumlah destinasi wisata di daerah, lebih banyak menunggu alias bertindak pasif.
Sialnya lagi, dinas terkait Pariwisata kabupaten kepulauan sangihe, dari waktu ke waktu pula, tak mampu berkreasi membuat konsep kerja sama dengan pengusaha atau pihak ketiga untuk mulai perlahan mengelolah satu persatu potensi wisata yang ada sekalipun masih dalam skala terbatas.
Artinya sampai kapan kita hanya menunggu janji pemerintah pusat tanpa bisa menunjukkan kemandirian untuk mulai mengairahkan destinasi wisata di berbagai tempat di kepulauan Sangihe?
“Pemerintah pusat tentu akan tergerak hati, ketika melihat geliat awal dikreasikan pemerintah daerah. Artinya coba ada polesan awal, tunjukan keseriusan untuk meyakinkan pusat yang tentu dengan regulasinya yang harus dibuat komponen terkait.” ujar Tokoh Sangihe Gabriel Mandiangan saat berbincang dengan kliktimur.com.
Kecenderungan menunggu dana pusat dari waktu ke waktu, tanpa merangsang geliat awal sebuah destinasi wisata lewat cara kerjasama dengan beberapa pengusaha lokal di Sangihe, sama saja mengubur pelan pelan potensi wisata di kepulauan ini.
“Mari kita belajar dari cikal bakal pulau dewata Bali jadi destinasi mendunia, itu diawali dari kreasi kreasi pengusaha lokal untuk memoles daya tarik secara terus menerus, disertai promosi intens, dan lambat laun dikenal hingga seperti saat ini mampu menarik devisa yang tidak sedikit. Bali dengan segala asesoris wisatanya telah mendunia libatkan hampir seluruh masyarakat bali. Stop bikin program pasif dari waktu kewaktu tak berujung.” tegas Mandiangan.
Keuletan memadukan panorama alam dengan budaya dan keyakinan dipulau dewata bali telah menghantar pulau itu menjadi destinasi skala internasional. Padahal jika kita pelajari, banyak pula panorama alam Sangihe lebih alami dan eksotis jika di kelola dengan benar, jujur dan intens.
Lantas, langkah awal seperti apa yang harus dilakukan bagi destinasi didaerah ini agar mulai mengeliat?
Ambil contoh pulau Nitu Kampung Para Lele yang menjadi salah satu andalan destinasi wisata Sangihe, bagaimana akan menjadi tujuan wisata? Transportasi cepat untuk mempermudah arus pengunjung tidak ada. Itu perlu disiasati dan bila perlu kerja sama dengan hotel hotel yang ada di Tahuna dan Siau agar dibuatkan dermaga khusus sambil dipromosikan.
Seterusnya, polesan polesan untuk memperindah pulau dengan beberapa fasilitas awal, juga dermaga kecil, punya tempat menginap yang nyaman, ketersediaan listrik dan air bersih yang cukup di dukung dengan menu menu alami yang selalu tersedia, ketika ada pengunjung, geliat itu akan terlihat.
Panorama pulau Nitu Para lele di Tatoareng akan mulai jadi sasaran kunjungan. Karena dipermudah setelah tersedianya transportasi plus pemandunya. Demikian destinasi di tempat lain di Sangihe secara intens digairahkan dulu, dirancang bangun seperti apa, libatkan pihak ketiga dan saling menunjang dengan pemerintah daerah.
“Saya kira pemerintah pusat punya pertimbangan lain, jika destinasi wisata di daerah mulai padat pengunjung, bersikap pasif, menunggu dan menunggu tak ada selesainya. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir sudah dikucurkan berulang ulang, hasilnya nihil, hingga hari ini tak satu pun yang bisa dijual daya tariknya ke lokal atau mancanegara.” pungkas Mandiangan.
editor / penulis : Meidi Pandean
Discover more from Kliktimur
Subscribe to get the latest posts sent to your email.