Tahuna, kliktimur. Com
Terlalu banyak keuangan negara berbentuk proyek terutama yang dikerjakan kontraktor dari Luar sulut di kabupaten Kepulauan Sangihe hasil kerjanya belepotan tak karuan. Paling terahkir akhir 2024 proyek berbandrol 18 miliar lebih di kelurahan Santiago kompleks pantai Malebur, selain tak berfungsi sebagai pengaman pantai, hasil pekerjaannya gagal konstruksi. Demikian disampaikan Ungke Tatawi menyikapi pemberitaan soal pekerjaan yang dibangun asal asalan itu.

Tatawi mengemukakan bahwa perpanjangan tangan aparat hukum pusat didaerah seharusnya lebih proaktif dan mengawasi setiap jengkal pekerjaan yang dilakukan di daerah. “Saya merasa heran, membaca berita soal dugaan penyimpangan proyek talud pengamanan di Malebur sangihe, sejumlah unsur berkompeten melapor, akhirnya memilih langsung ke KPK di Jakarta.” Ujarnya.

Padahal didaerah ada aparat hukum beragam jenis ditugasi dengan oprasional yang cukup, menyelamatkan keuangan negara, cenderung diam menunggu bola. Harusnya setelah baca di media segera turun dan mengecek, memeriksa dan tak harus menunggu laporan.” Tuturnya sembari menyarankan agar Fungsi aparat kejaksaan dan kepolisian si Sangihe harus lebih peka mengamati keuangan negara yang diselewengkan di kepulauan yang tak jarang dimainkan pengemban proyek.

Sas sus beredar, kontraktor dalam niat buruknya mencari keuntungan lebih, benar benar tak melaksanakan pekerjaan sesuai konstruksi, diduga ‘mengamankan’ beberapa unsur melekat dalam pengawasan, perencanaan dan lain lain termasuk ada disebut sebut oknum LSM dan Pers dari Manado, ikut disumpal, sehingga proyek Talut berwajah menyeramkan itu hampir tak ada yang mempersoalkan.
Lebih gila lagi, sebagaimana diakui masyarakat setempat Abdulrahman, saat dirinya dan masyarakat keberatan dan sempat Demo kecil di lokasi proyek, karena ada pekerjaan yang tak sesuai konstruksi dan kesepakatan, terkait lebar timbunan yang akan di Talut, tiba tiba ada oknum aparat yang datang menekan masyarakat agar tak menghalangi pekerjaan.
“Coba jo lia, seharusnya Talut lebih menjorok ke laut 6 meter lebih dari pinggiran rumah warga, namun hanya di timbun 4 meter kurang lebihnya dan batu border tipis gunakan batu kecil kecil. Itupun asal timbun dan arealnya mulai turun karena tidak kuat. Akibat dibuat asal asal itu, jika ombak besar datang sewaktu waktu, tetap saja menerjang rumah warga.”Akuhnya sembari berharap proyek ini harus di telusuri dan memohon aparat termasuk dirjen kementerian PUPR perwakilan Sulut turun kelapangan.
Editor : Meidi Pandean
Web : Yama.
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.