Tahuna, kliktimur.com
Dampak perkembangan teknologi yang mulai terlihat memasuki era 80-an khususnya dibidang perikanan, banyak kalangan terutama para nelayan di kabupaten Kepulauan Sangihe lebih khusus di pulau Para Lele, mulai meninggalkan cara tangkap tradisional yang biasa disebut Seke atau meneke, dan beralih ke perahu pajeko, gunakan pukat ‘soma’ dengan peralatan motor tempel yang lebih canggih.
Bersamaan pulau Nitu sudah menjadi destinasi wisata nasional, Pelestarian cara tangkap ikan tradisional yang sempat tergerus zaman yakni ‘seke Maneke’ kembali dilestarikan. Hal ini dipraktekkan lagi masyarakat Para Lele, bersamaan Penjabat Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe, Albert Huppy Wounde, dan rombongan mengelar kunjungan kerja ke pulau pulau yang ada di kecamatan Tatoareng, Senin (17/06/2024).

Seke Maneke adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari anyaman bambu dan janur dipadukan dengan rotan. Tradisi ini merupakan warisan budaya dari para leluhur warga masyarakat Pulau Para yang pernah digunakan secara luas sebelum akhirnya tergerus oleh waktu sejak tahun 1980an dan menghilang sama sekali di era 1990an. Upaya untuk menghidupkan kembali tradisi ini mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Penjabat Bupati Sangihe Wounde.

Wounde, mengaku terkesan dengan tradisi Seke Maneke yang memanfaatkan bahan-bahan alami seperti bambu dan janur. Pihaknya menilai, pelestarian tradisi ini memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan dan mengangkat nama kepulauan Sangihe lebih khusus Kampung Para sebagai destinasi wisata yang unik.
“Luar biasa, ini sangat unik. Saya berharap tradisi ini terus dilestarikan. Dengan menampilkan kegiatan budaya seperti ini, kita bisa menghadirkan wisatawan dan menjadikan Kampung Para lebih dikenal,” ujar Wounde.
Lebih lanjut, Wounde menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai bagian dari upaya pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di Pulau Para. Ia mengapresiasi upaya masyarakat dalam menjaga kebersihan, namun tetap mengingatkan akan perlunya peningkatan kesadaran terhadap sampah plastik yang masih ditemukan di beberapa tempat.

Kegiatan Seke Maneke ini diharapkan tidak hanya menjadi simbol kebangkitan kembali tradisi lokal, tetapi juga menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan yang ingin menikmati keunikan budaya dan keindahan alam Pulau Para. Pemerintah daerah bersama masyarakat setempat terus berkomitmen untuk melestarikan tradisi ini dan menjadikan Pulau Para sebagai destinasi wisata yang menarik dan ramah lingkungan.
Pada kesempatan bertatap muka dengan masyarakat, Wounde juga meminta dukungan masyarakat untuk turut mendoakan dalam berbagai upaya yang akan dilakukan kedepan termasuk memenuhi kebutuhan jaringan internet yang masih dikeluhkan warga masyarakat Kampung Para, sambil meminta kesediaan masyarakat untuk terus berbenah sebagai Desa Wisata, antara lain memperhatikan kebersihan dan kenyamanan lingkungan, dari segi kesehatan, serta membuat paket wisata yang dapat dikolaborasikan dengan pihak travel melalui paket wisata ataupun pihak-pihak yang menyewakan alat transportasi mengingat salah satu kendalanya terkait layanan transportasi.

Hadir pula dalam rangkaian acara Seke Maneke serta tatap muka dengan masyarakat pejabat yang mendampingi, Sekretaris Daerah berserta beberapa pejabat lainnya, ada pula perwakilan dari legislatif, Pejabat Dinas Pariwisata Provinsi dan Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulut, Guru Besar Pariwisata Politeknik Negeri Manado, Prof Dr Dra Bet El Silisna Lagarense MM Tour, Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Ketua Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI).
Yang menarik pada pelestarian perdana budaya tangkap ikan ini, Para tonaseng seke ahli dalam menangkap ikan hanya dengan naluri alamiah mereka, telah berhasil menarik hampir dua ribu ekor ikan ke tepian pantai.

Alat tradisional sepanjang 80cm itu, terbuat dari anyaman bambu dan janur, menunjukkan kehebatan masyarakat Sangihe dalam berhubungan dengan alam.
Dengan pembagian tugas yang terorganisir dengan baik, tidak hanya ikan yang berhasil ditangkap, tetapi juga warisan leluhur mereka yang diperbarui.
Keberhasilan ini bukan hanya sebuah prestasi, tetapi juga komitmen yang teguh untuk melestarikan tradisi dan mendorong pariwisata setempat. Tradisi Seke Maneke itu menurut Camat setempat, akan terus dilakukan setiap setahun dan akan dilestarikan dari generasi ke generasi.
Penulis / editor : Meidi Pandean
Web Editor : Yamamoto
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.