Tahuna,kiktimur.com – Upaya keras untuk menyehatkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tahuna yang sudah puluhan tahun berdiri, tapi tak mampu tegak untuk mendongkrat Pendapatan Asli Daerah (PAD) terus dilakukan pemerintah kabupaten.
Kemarin, direktur baru PDAM Tahuna Teguh Prahara Salainti dikukuhkan pimpinan daerah setelah menyingkirkan tujuh pesaing calon yang ikut seleksi. Dengan demikian, pikulan berat memulihkan PDAM Tahuna yang terus mengalami devisit dari waktu ke waktu resmi di letakan pada pundak Salainti.

Mencermati perjalanan panjang PDAM Tahuna, sesungguhnya usaha daerah ini masuk dalam kategori bangkrut 15 tahun terakhir. Siasat penyertaan modal dari APBD kabupaten dalam bentuk pinjaman itu bagian dari penyelamatan darurat, agar distribusi air di daerah ini masih terus mengalir.
Lantas, hal krusial apa yang menyebabkan PDAM Tahuna terus merunduk dan tak mampu berdiri tegak dari waktu ke waktu, bahkan sulit mendongkrak PAD, disebabkan tingginya biaya operasional, tak sebanding pendapatan. Seperti peribahasa, besar pasak dari pada tiang, mati segan hidup pun enggan. Menyusul jumlah karyawan dalam kurum waktu lima belas Tahun terakhir sudah tidak rasional.
Menurut sumber resmi yang meminta tak menyertakan identitasnya mengakui PDAM Tahuna rasionalnya hanya butuh 98 karyawan, tapi yang tercatat jauh melampaui itu yakni 202 karyawan.
Memang perusahaan murni Swasta berbeda dengan PDAM yang di kendalikan langsung pemerintah kabupaten. Perusahaan murni swasta miliki tolok ukur yang jelas dan tegas, manajemen yang teratur, tidak seperti perusahaan daerah yang kadang campur aduk kepentingan politis.
Sudah menjadi rahasia umum perusahaan daerah juga tempat yang nyaman untuk menampung orang, membantu siapapun yang punya jasa, itu yang sulit dikendalikan direktur.
Penumpukan karyawan melebihi rasional tenaga kerja yang sepantasnya, adalah benang kusut yang sulit dinormalisasi, apalagi perusahaan dalam kondisi berat. PDAM dalam kondisi sakitpun, taktik mengkondusifkan keadaan di perusahaan harus tetap dilakukan yakni menyelesaikan gaji karyawan.
Sementara biaya penyertaan modal oleh daerah diperuntukan bagi peremajaan jaringan dan alat ukur kubikasi air yang sebagian besar tak normal, belum bisa dimaksimalkan, PDAM lagi lagi terjebak pada biaya operasional berupa gaji, yang pendapatannya tak mampu menutupi beban.
Lantas bagaimana cara menyehatkan tubuh PDAM Tahuna yang lagi mengalami devisit anggaran dari waktu kewaktu?
Sejumlah sumber yang mengetahui persis perjalanan PDAM Tahuna, menegaskan jauh sebelum membenahi manajemen, peremajaan jaringan termasuk perbaikan alat ukur kubikasi meteran disertai pengawasan yang lebih ketat, suka atau tidak suka, rasionalisasi karyawan, harus dilakukan untuk menyelamatkan PDAM Tahuna.
“Kami menunggu saja gebrakan direktur yang baru. Mampukah melakukan pembenahan total di tubuh PDAM? “Tantang Mereka.
Editor / Penulis : Meidi Pandean
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.