Tahuna, Kliktimur.com – Tak ada salahnya jika negara super power seperti Amerika berinvestasi di Nusa Utara. Hal ini menyembul dari warga negara tetangga Filipina di Kota General Santos (GenSan City), berkeinginan menjajak nelayan Nusa Utara (Nustar) untuk mengelola laut dan bahkan disebut sebut Amerika siap boyong teknologinya untuk berinvestasi.
“Kami ingin masyarakat nelayan Nusa Utara, kolaborasi memanfaatkan potensi laut. Tentu harus dijalin kerja sama dengan tiga Pemerintah Kabupaten Kepulauan agar legal standingnya jelas termasuk melibatkan teknologi Amerika.” Ujar Theodorus Warga Sangihe yang telah memiliki kewarganegaraan Filipina saat bersua dengan kliktimur.
Menurut Theodorus, kekayaan laut Kepulauan Nustar berpotensi besar jika dikelola menggunakan teknologi yang lebih baik seperti di beberapa wilayah di GenSan City.
Ketergantungan tiga wilayah di GenSan, pulau Balut dan Saranggani termasuk Davao terhadap hasil laut menjadi paten. Dia mengemukakan seharusnya Nustar dapat memanfaatkan hasil laut untuk kemajuan daerah.
Pembatasan anggaran pusat belakangan karena inflasi dan penuntasan Ibu Kota Nusantara (IKN) tidak harus membuat kita terus berdiam diri.
Tiga kabupaten di Nustar yaitu Sangihe, Sitaro dan Talaud, jika ingin berkembangan pesat, harus punya terobosan demi memanfaatkan kekayaan laut termasuk juga tambang emas.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika bekerja sama dengan pemilik teknologi, hasilnya ratusan bahkan triliun rupiah jika benar benar di garap secara profesional.
“Potensi hasil laut sebagaimana Filipina bisa mendongkrak pendapatan perkapita masyarakatnya, ketika negara sedang mengalami kemorosotan ekonomi.” Ungkap Theodorus.
Langkah berani untuk menerima investasi asing dalam hal teknologi bukan sesuatu yang tabu. Itulah sebabnya, kerja sama yang pernah di rintis pemerintahan terdahulu perlu direkatkan kembali.
Berkaca dari kemajuan daerah lain seperti di Kalimantan dan Sumatera sebagaimana ditambahkan tokoh Nustar Drs. Gabriel Mandiangan, kemajuannya tak lepas dari memanfaatkan potensi daerah bukan sekadar menunggu dana desentralisasi yang peruntukannya sekadar habis untuk bertahan saja.
Jika daerah hanya bergantung dana dari pusat dari waktu ke waktu, tak akan menjadikan daerah ini bergerak maju secara signifikan.
“Mari kita tarik pengalaman 20 tahun terakhir, dana yang di APBD belasan bahkan puluhan triliun digelontorkan hanya habis dibelanja pegawai, operasional pemerintahan dan sedikit pembangunan. Sementara potensi daerah yang pernah dikonsepkan dari waktu ke waktu, belum mampu di berdayakan.” Ujar Mandiangan.
Kepulauan Nustar, terutama induk Sangihe harus buat terobosan berani jika ingin keluar dari ketertingalan, sekalipun melibatkan investasi asing.
“Sampai kapan daerah bisa melejit, masyarakat merasakan kesejahteraan, jika potensi daerah termasuk tambang emas yang luar biasa, belum mampu dimanfaatkan sebagaimana sudah dilakukan daerah daerah lain.” Tambahnya.
Tolok ukur ketidakmampuan daerah dalam menggenjot potensi perikanan, dilihat dari proses memanfaatkan perikanan Dagho yang sudah puluhan tahun, hingga hari ini tak mampu memperkuat pendapatan hasil laut dan bahkan entah harus dimulai dari mana.
Selanjutnnya, keberadaan Cold Storage di lima pulau yang sudah terpasang rapi, jangankan di manfaatkan, untuk menghidupkan saja, kehilangan akal, lalu dibiarkan begitu saja sekian Tahun.
“Cuma tabiar sejak 2015.” ungkap Kapilataung Kampung Para Lele, Elengkey Nesar.
Kadis Perikanan dan Kelautan Sangihe Ronald Izak ketika dihubungi, sangat mendukung jika ada masyarakat yang bisa bekerja sama dengan investor. Tinggal bagaimana pemerintah memfasilitasinya.
Kemudian pemanfaatan teknologi terkini juga sangat di support akan tetapi harus dengan sebuah tahapan yang terukur agar supaya metode dan tata cara operasionalnya menuju kepada profesionalisme tingkat keahlian.
Penulis / Editor : Meidi Pandean
Discover more from Kliktimur
Subscribe to get the latest posts sent to your email.