AMURANG,kliktimur.com – Teka teki penyebab musibah Amurang kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) masih mengundang tanya. Betapa tidak hingga kini sebab musababnya masih terus dalam penelitian intens pemerintah termasuk berbagai kalangan yang miliki data penelitian berkaitan dengan lingkungan geologi Sulawesi Utara.
Salah satu pemerhati lingkungan Raymond Kex Mudami dalam sejumlah statusnya, mengemukakan persoalan yang terjadi di pesisir pantai Amurang setidaknya kita terkonsentrasi di Tiga Sesar Aktif.
Dari catatan hasil olah TKP lanjutannya, sedikit berbuah manis. Pendahuluan semacam pengantar dari lapangan kemarin, akhirnya membuka pintu masuk ikut terlibat menemui respon. Dia lalu bercerita, beberapa hari terakhir, teman dosen Doktor Gustaf Mamangkey memberi sebuah kisikan di status yang dia unggah pertama.
Dosen itu memberi sedikit info jika peristiwa Amurang itu masuk dalam pembahasan intens di grup dosen FPIK. “Sambil menyebut beberapa nama dosen senior yang syukur saya kenal akrab. Dosen yang satu ini terbilang prinsip, ia tidak mau memberi pendapat jika itu tema bukan spesialnya.”tutur tokoh muda yang juga staf khusus walikota bitung ini.
Meski demikian, lanjut kex pangilan akrapnya, Dosen itu sedikit membuka sebuah tabir, jika yang terjadi di Amurang, tak semata permasalahan abrasi.
Melampau itu sebuah bukaan baru yang tentu saja tetap harus diverifikasi dengan penelitian lebih lanjut. Bahwa diduga kuat peristiwa itu tidak semata berkait abrasi, tetapi berkaitan dengan jejak geologi berupa gerak aktif sesar di daerah ini.
Potongan informasi didapat melalui dosen senior Ilmu Kelautan Unsrat Ir Hermanto Manengkey MSi, yang pada 1996 silam menjadi dosen pembimbing skripsinya bersama dosen pembimbing 1 Mner Gybert Mamuaya.
Mner Manto dengan cermat memberi beberapa bagian telaah, meski ia meminta untuk dapat terus memperbaharui bahan informasi awal ini.
Berapa waktu lalu menurut Mudami, dirinya bersama dengan sejumlah dosen sempat mengikuti pelatihan dengan nara sumber utama Ahli Geologi dr Australia Judith Beandi tahun 1994.
Terungkap di bagian pantai Timur (Belang – Kema) terjadi pengangkatan walau sekian millimeter per tahun. Sedangkan bagian Barat (Amurang -Manado) terjadi penurunan.
Yang dia sempat ingat spesifik adalah kota Amurang’_sebut Mudami mengingat ucapan Mner Manto belum.lama.
Proses pergerakan sesar ada tiga yaitu vertikal (naik turun), horisontal (saling menjauhi), dan diagonal (miring). Jadi sebagaimana diutarakan para peneliti itu, pergerakan bisa menyebabkan air masuk dan menjadi sebuah energy dengan daya hisap yang kuat.
Olehnya untuk yang terjadi saat ini di Amurang, tetap membutuhkan kajian yang lebih intens dan spesifik, tidak bisa menduga dan hanya pengenalan permukaan saja.
Apalagi beberapa waktu lalu pernah terjadi peristiwa kurang lebih sama. Itu sebabnya meniru penjelasan mner Manengkey ke depan harus dilakukan perencanaan yang lebih matang berkait pemanfaatan ruang yang ada.
Sebagaimana diketahui, bencana alam menyebabkan jembatan penghubung Pantai Boulevard yang aksesnya dari Kelurahan Ranoyapo, Uwuran Satu menuju ke Kelurahan Lewet, Bitung, Ranomea, dan Pondang tiba-tiba ambruk.
Juga terdapat 20 rumah, 5 cottage, 1 restoran, 10 perahu, 1 kedai kopi, dan ikon I’am Amurang yang terdampak akibat bencana abrasi tersebut.
“Nah, bagaimana kelanjutan penanganan peristiwa ini kita tunggu bersama.” Jelas Mudami. (Meidipandean)
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.