Tahuna, kliktimur.com – Apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur. Peribahasa ini sedikit cocok disematkan tehadap kebijakan atas penggunaan Dana Pemulihan Ekonomi (PEN) yang dilakukan mantan Bupati Sangihe Jabes Ezar Gaghana (JEG) di akhir masa jabatan setahun silam yang dinilai fatal oleh banyak pihak.
Hal ini menyembul lagi, sebab banyak pihak mempertanyakan kebijakan yang dilakukan pimpinan terdahulu atas penggunaan dana pinjaman sebesar 200 miliar, hingga kini tak berdampak positif untuk pemulihan ekonomi daerah.
“Ekonomi siapa yang dipulihkan? dari dua bangunan yang kini belum menunjukkan eksistensinya yakni Pasar Moderen Trikora dan Pasar Rakyat Tona, diakui banyak kalangan, belum berdampak apapun untuk pemulihan ekonomi daerah ini.” ujar tokoh masyarakat kepulauan Sangihe Drs. Gabriel Mandiangan.
Belum lama Pj. Bupati Sangihe dr. Rinny Tamuntuan dikabarkan sempat kesal dan adu pantun dengan JEG. Disebut sebut JEG tersinggung menyusul pernyataan Pj Bupati yang menyentil bahwa dana PEN belum perlu. Kekesalan itu semakin beralasan, menyusul dana sekitar 200 miliar itu salah sasaran, apalagi wujud penanganannya jauh panggang dari api.
“Memang penggunaan anggaran yang disebut sebut tak melibatkan DPRD ini salah sasaran, dan JEG tidak perlu tersinggung karena memang sudah keliru.” Ujar Mandiangan.
JEG dalam sejumlah penyataannya mengatakan, Pj Bupati belum paham dengan dana ini dan diakuinya sangat layak di terima Kabupaten Kepulauan Sangihe pasca pandemi covid 19.
Apa pun disampaikan JEG, dan siapapun Pj Bupati atau pemimpin daerah penganti, pasti kesal mencermati penggunaan dana PEN 200 miliar yang diterima, hanya dihabiskan untuk dua bangunan pasar yang belum berdampak untuk pemulihan ekonomi masyarakat di daeah ini.
Alasan kesesalan Pj Bupati sangat mendasar karena hingga memasuki tahun kedua, dana pinjaman yang salah sasaran itu hanya menimbulkan beban bunga dan pokok bagi APBD hingga delapan tahun kedepan.
Banyak pihak mengatakan, harusnya dana sebesar itu diperuntukkan untuk menghidupkan UMKM masyarakat bukan untuk membangun fasilitas yang hanya sebagian saja menikmati.
“Yang pasti dana sudah dipinjam, dana pun sudah abis buat bangunan pasar Trikora dan pasar rakyat Tona, sekalipun hingga kini minim penjual dan pengunjung dua duanya. JEG mau tersinggung atau apalah bentuknya, semua sudah terjadi.” Tambah Ari Abas, tokoh masyarakat yang lain.
Dibangunnya fasilitas itu lanjut Abas, tentu di harapkan bisa memulihkan dampak ekonomi dari bencana covid 19. Jika dana sudah dipakai untuk pemulihan ekonomi, pihaknya bertanya, ekonomi siapa yang dipulihkan dari dua pasar yang hingga kini masih sunyi senyap sejak di resmikan?
“Untung masyarakat Sangihe masih bisa bertahan. Tapi tak lama lagi beban bunga dan pokok puluhan miliar per tahun sudah harus dibayar, meskipun penggunaan dana tersebut belum memiliki dampak apapun terhadap pemulihan ekonomi Sangihe.” tukas Abas.
Lalu, tepatkah kebijakan penggunaan dana untuk pemulihan ekonomi Sangihe itu? Tentu saja bisa dikategorikan salah sasaran.
“Okelah, hitung hitung aset Sangihe bertambah, sekalipun belum jelas kapan pemulihan ekonomi yang terpancar dari Pasar Trikora apalagi Pasar Rakyat Tona itu yang memang dari dulu senyap dan tak tumbuh existensinya.” kata abas.
Pj Bupati tentu bingung, ekonomi belum terpulihkan, tidak mungkin meminjam lagi, karena bunga saja sangat membebankan. Pj bupati sangat beralasan untuk kesal dan tidak mungkin bangga dengan dua pasar yang sampai hari ini belum berdampak apa apa untuk perekonomian Sangihe.
JEG di sarankan jangan bangga dengan kebijakan pembangunannya yang belum memberi manfaat bagi pemulihan ekonomi Sangihe, yang justru hanya menimbulkan beban berat bagi daerah.
JEG tersinggung dengan kekesalan ibu Pj Bupati? Harusnya jangan tersinggung, karena benar Sangihe belum layak meminjam. Buktinya masyarakat Tahuna masih bisa bertahan, karena hingga hari ini PEN untuk pemulihan belum menunjukkan kasiatnya. Kebijakan di bangunnya dua pasar itu ibarat orang sakit salah diberikan obat, karena keliru di diagnosa.
“Terima saja kritikan Pj Bupati, karena ibarat di diagnosa penyakit so salah. Tidak usah juga mengatakan Pj Bupati tidak paham dana PEN. Jika JEG orang bijak, sadari saja akan kekeliruan gunakan dana PEN. Tujuan pulihkan ekonomi Sangihe dengan dana 200 miliar yang sudah habis hanya untuk membangun aset yang entah kapan berdampak bagi pemulihan ekonomi.” Ujar Abas.
“Tersinggung dari sisi apa juga? Sudah salah, masih berkelit. Apa kita harus buka bukaan, bahwa bangunan kejar tayang di penghujung periode, bukan untuk pemulihan ekonomi tapi ‘diduga’ kuat berkaitan fee proyek. Apakah harus di sampaikan, yang diakui kontraktor? Kami di Tahuna dan Sangihe jangan dinilai bodoh atau di anggap tidak tahu. Stop mengelabui warga di Tahuna.” tegas Abas lagi.
Abas mengemukakan, jangan berkelit atau luruskan saja, jangan balik tersinggung, karena penjelasan JEG di sejumlah media dan Medsos selanjutnya menjadi bahan tertawaan, bahwa dengan dibangunnya pasar pasar itu, dia bangga telah memberi objek kerja kepada tukang pipa, tukang kayu dan lain lain.
Habiskan 200 miliar dan hanya membebankan daerah untuk bayar hutang. Pemulihan gagal, dan JEG hanya berfikir telah memberi kerja kepada para tukang itu selama 6 bulan, lalu diasumsikan telah memulihkam ekonomi sangihe?
Apakah JEG berfikir masyarakat Sangihe hanya mereka para kuli bangunan? Kebijakan sudah salah kaprah, beri alasan jauh dari logika.
Belakangan menyembul kabar, dana bantuan itu bukan hanya habis untuk proyek pasar yang tak bermanfaat untuk kepentingan pemulihan ekonomi, diduga justru rumah kediam JEG yang tergolong mewah plus aspal pribadi hampir se kilo jaraknya selesai terbangun untuk kepentinganya saja.
“Situ harus malu kawan, situ pikir torang orang Sangihe bodoh atau nda tahu permainan kalian? Stop bekeng bodoh warga kepulauan.” Sembur sejumlah kalangan yang mewanti wanti pasti akan ketemu pada pencalonan nanti.
Editor/ Penulis : Meidi Pandean
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.