Tahuna. kliktimur.com – Kecenderungan inginkan sistem proporsional terbuka, terutama bagi yang bukan kader atau bukan orang partai tapi dipercayakan masuk dalam daftar calon sementara, cukup beralasan.
Terbuka, berarti suara terbayak memilih figur, ketimbang tertutup memilih partai dan duduk tidaknya tergantung kebijakan pengelola partai.
“Kami sedang menunggu, apakah Pemilu 2024 mendatang, gunakan sistem proporsional terbuka atau tertutup, mengkaji target duduk sistem terbuka lebih menghargai kerja keras ketimbang tertutup .’ ujar sejumlah caleg yang meminta tak perlu mencantumkan identitas.
Lambatnya keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam menyimpulkan sistem yang akan digunakan pada Pemilu nanti, sangat mengganggu konsentrasi para Caleg untuk memulai turun lapangan.
Sekalipun Daftar Calon Sementara (DCS) masih dalam proses verifikasi berkas hingga beberapa bulan kedepan menuju ke Daftar Calon Tetap (DCT), keputusan MK soal sistem tetap menjadi yang terutama.
Caleg yang disebut sebut sangat siap dengan amunisi untuk bertarung pada pemilu 2024 pun sangat kuatir jika diberlakukan sistem proporsional tertutup.
“So berjuang mati matian kong tertutup, bisa tak ada artinya perjuangan keras kami. Kecuali Parpol mendahulukan kami akan duduk. Ini jujur sangat mengganggu konsentrasi kami.’ Ujarnya.
Lantas seperti apa dampaknya, ketika yang digunakan proporsional tertutup?
Bisa jadi penundaan Pemilu, Parpol Parpol akan kewalahan karena sudah pasti peminat untuk memilih dipastikan berkurang karena daya dorong masyarakat pemilih ke TPS TPS itu digandrungi karena figur mereka.
Jika hanya memilih lambang, ada yang tak minat lagi. Pengalaman ini pernah terjadi dan mudah mudahan yang diputuskan proporsional terbuka.
Penulis / Editor : Meidi Pandean
Web Editor: Yamamoto
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.