Tahuna, kliktimur.com – Kondisi fasilitas perikanan Dagho Kecamatan Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe yang di bangun sejak orde baru era presiden Soeharto, hingga kini cendrung terbengkalai.
Kalaupun ada kegiatan pengelolaan ikan, hanya berlangsung tak lama, kesekian kali renofasi, dipoles hingga terlihat mengkilap sejenak, lalu dibiarkan kembali usang bertahun tahun dan demikian seterusnya perikanan Dagho yang dibangun sekitar tahun 80an itu, hingga kini tak bergeming.
Info yang dirangkum kliktimur.com sedikit mengambarkan awal kehadiran fasilitas perikanan yang bersebelahan dengan kampung Kaluwatu itu, dulunya bak istana. Fasilitas barik Es, kantor kantor administrasi berjejer nan rapi, gedung pelelangan begitu luas, belasan kapal kapal ikan dengan bobot besar termasuk kapal penampung, tertambat rapi depan dermaga perikanan Dagho.
“Seingat kami bapak Harahap sebagai pimpinan di perikanan ini di awal tahun 80an.” ujar tokoh masyarakat Dahgo Adelman Makadapa.
Fasilitas perikanan yang ada diteluk berdampingan dengan pelabuhan ferry Pananaru itu dulunya ramai dengan kegiatan perikanan, seiring waktu berjalan, kegiatan perikanan mulai pupus bahkan meredup dan tertidur pulas belasan Tahun.
“Saya masih ingat, fasilitas mahal itu fisiknya mulai dimakan usia, kerusakan bangunan terlihat jelas dalam kawasan tersebut. Dari terang benderang hingga gelap gulita tak terurus. Bahkan, kapal kapal ikan yang dulunya sangat lengkap, mulai lapuk tanpa pemeliharaan menyisakan tulang belulang, termasuk pabrik es yang tak lagi dingin.” ungkap Makadapa.
Sebagai tokoh Masyarakat setempat yang selalu melihat aktifitas perikanan Dagho dari awal mula, menyayangkan fasilitas perikanan yang serba lengkap itu tak terpelihara dengan baik hingga rusak.
Dia menjelaskan terkait kepemilikan pengelolaan apakah provinsi atau daerah bukanlah soal, tapi dia menyayangkan fasilitas yang di bangun dengan dana miliran di tahun tahun yang serba sulit ketika itu, fasilitas perikanan Dagho hampir 30 tahun berdiri tanpa makna.
Kampung Dagho di era itu terlihat mirip kota kecil pinggir teluk, kelistrikan kampung belum masuk, tapi suasana dalam kawasan belasan hektar itu terang benderang karena dilengkapi fasilitas listrik yang memadai.
Lantas seperti apa kondisi terakhir fasilitas perikanan yang pernah dikunjungi Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti beberapa tahun lalu itu?
“Kabar terakhir masih tarik menarik soal hak pengelolaan provinsi atau daerah, tapi sayang sekali masih menjadi tanya tanya hingga saat ini,” ujar Makadapa.
Terpantau kegiatan di kawasan ini sudah redup, setelah sempat ada kesibukan sejenak terkait program perikanan dengan slogan “Lautku Rumahku” dan produksi ikan kayu, meninggalkan kekecewaan dan keprihatinan dari banyak pihak.
Lantas apa sesungguhnya penyebab sehingga fasilitas perikanan yang serba lengkap itu sulit terbangun dan menghasilkan? Penulusuran data terdahulu akan dilakukan.
Editor/ Penulis : Meidi Pandean
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.