Puncak Papua, kliktimur.com – Sekalipun fenomena alam yakni salju di Puncak Papua Jayawijaya dua tahun terakhir terancam punah karena dilaporkan tegah mencair, hingga kini masih tetap bertahan dan menampakkan wujud sekalipun ketebalannya terus berkurang. Laporan reporter kliktimur.com langsung dari puncak, menyebutkan bahwa salju yang belakangan dikabarkan terus mencair, masih tetap berwujud, sekalipun tak setebal sebelum sebelumnya.
Salju Abadi di Puncak Jayawijaya, Pegunungan Cartenz, Papua dalam pemberitaan dua tahun terakhir mengalami pencairan dan menuju kepunahan, hingga kini April 2024 masih tetap menampakkan wujud. Sebelumnya Dilansir dari Papua Times, Salju abadi di Puncak Jayawijaya dikabarkan sedang mencair. Bahkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dalam seminarnya di Jakarta belum lama menyebutkan adannya dampak Perubahan Iklim salju puncak Papua.
Menurut BMKG, kondisi mencarinya salju abadi di Puncak Jayawijaya, Pegunungan Cartenz, Papua itu diakibatkan oleh dampak perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia. Hal ini bisa terjadi di tahun 2026 ke depan.
Diketahui, seiring perubahan iklim yang terjadi di dunia, pada tahun 2015 lalu, terdapat penurunan ketebalan es sebanyak satu meter per tahunnya. Kondisi semakin memburuk di tahun 2015 hingga 2016, dengan Indonesia dilanda oleh El Nino (Pemanasan suhu muka laut), sehingga suhu permukaan menjadi lebih hangat dan mengakibatkan gletser mencair hingga lima meter per tahunnya.
Informasi lain menyebutkan fenomena El Nino kembali terjadi di tahun sebelumnya, yang berpotensi mempercepat mencairnya es salju abadi di Puncak Jaya. Hal itulah yang memiliki dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut.
Disebutkan, Ekosistem yang ada di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam. Perubahan iklim juga berdampak pada kehidupan masyarakat adat setempat yang telah lama bergantung pada keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam di wilayah tersebut.
Diketahui dari perkembangan per tahun 2015 hingga 2022 bahkan hingga 2024, penurunan es semakin terus terjadi. BMKG sebelumnya mencatat bahwa pada periode itu, ketebalan es mencair sebanyak 2,5 meter per tahun, dan diperkirakan yang tersisa pada ketebalan es hingga 2022 lalu tersisa kurang lebih 6 meter.
Itu kemudian memuncul kekhawatiran salju abadi di Puncak Jayawijaya Papua akan mencair dengan cepat dan hilang pada sekitar tahun 2025-2027 mendatang. Dilaporkan pula, terdapat beberapa penyebab dari mencairnya es tersebut seperti adanya peningkatan tinggi pada permukaan laut secara global. Oleh karena itu, perlu dilakukannya upaya mitigasi pada perubahan iklim yang dapat dilakukan dengan pengurangan emisi gas rumah kaca dan membangun energi terbaru, sebagai langkah penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Namun, upaya itu tidak bisa dikerjakan sendiri. Dibutuhkan adanya kemauan dan kesadaran dari seluruh pihak yang saling bekerja sama untuk melakukan aksi-aksi nyata dalam melakukan mitigasi perubahan iklim yang terjadi di dunia, khususnya di Indonesia.(Gadiel Gombo)
Editor : Meidi Pandean
Web Editor : Yamamoto.
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.