TAHUNA, kliktimur.com – Reaksi Gunung aktif di Nusa Utara terutama di Sangihe dan Sitaro sebagaimana catatan sejarah, patut kembali di ingatkan.
Melawan Lupa…
Sedemikian pentingnya fakta fakta Gunung Paling Utara Indonesia, dalam reaksinya sama sekali tak bisa diremehkan. Awu sempat Telan 7.377 Korban Jiwa Kendahe dan Tahuna. Hari ini vulkano itu naik ke level siaga.
Kepulauan Sangihe merupakan salah satu busur di Provinsi Sulawesi Utara. Artinya kita harus tau, bahwa kita adalah Kepulauan yang merupakan busur Gunung api paling utara di Indonesia. Busur Gunung api Pulau Sulawesi meliputi daerah tektonik busur Vulkanik Minahasa hingga Sangihe. Kepulauan Sangihe memiliki empat Gunung Api kala Holosen dan lima Gunung Api kala Pleistosen.
Bagaimana persebarannya?
Untuk mengetahui geologi regional, Gunung api yang pernah aktif di kala Pleistosen, masih tetap dicatat dan dipelajari untuk memudahkan dalam mengetahui geologi regional gunung api di suatu wilayah termasuk kabupaten Kepulauan Sangihe.
Namun, Gunung api kala Pleistosen sebagaimana sumber yang mengungkap fakta sejarah, tidak dihitung dalam 127 Gunung api aktif yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan Gunung api kala pleistosen sudah tidak aktif lagi sejak 11.500 tahun yang lalu.
Empat Gunung api aktif kala holosen di Kepulauan Sangihe diantaranya Gunung api Ruang, Karangetang, Banua Wuhu, dan Awu, berurutan dari selatan hingga utara Kepulauan Sangihe. Adapun Lima Gunung api kala pleistosen terletak berurutan lebih utara dari Gunung Awu. Gunung-gunung tersebut adalah Gunung Lipang, Napo Taroare, Kawaluao, Kawio Barat, Kawio Utara.
Gunung Kawio Utara sudah sangat dekat dengan Negara Sahabat, Filipina. Gunung Kawio utara hanya berjarak 162 km dari kota first class yang terletak di Provinsi Cotabato Selatan. Nama kota tersebut adalah Kota General Santos yang berada tepat di tenggara Kota Koronadal, Ibu kota Provinsi Cotabato Selatan, Negara Filipina.
Gunung Awu merupakan Gunung api Strato terbesar di Kepuluan Sangihe dan berada di pulau ini. Lembah dalam yang membentuk lorong untuk lahar, sisi-sisi gunung api Awu, yang dibangun dalam kaldera selebar 4,5 kili meter. Sebagai Pulau Terbesar di Kepulauan Sangihe, tentunya banyak sejarah kependudukan yang terbangun sejak dahulu kala.
Lantas apa yang terjadi ketika erupsi eksplosif di Gunung Awu, disementara pemantauan modern belum ditemukan?
Danau dangkal memenuhi sebagian kawah puncak gunung api Awu. Tahun 1995 setidaknya terjadi 19 erupsi kala holosen sejak sejarah pengamatan Gunung Awu. Erupsi eksplosif yang dahsyat pada Gunung Awu meliputi tahun 1711, 1812, 1856, 1892, dan 1966. Erupsi eksplosif tersebut menghasilkan aliran piroklastik dan lahar yang menghancurkan serta menyebabkan lebih dari 7.377 korban jiwa secara kumulatif. Gunung Awu berisi danau kawah puncak yang lebarnya 1 km dan kedalaman 172 m pada tahun 1922, tetapi sebagian besar dikeluarkan selama erupsi tahun 1966.
Adapun sejarah pengamatan Gunung api Awu, dimulai sejak erupsi bulan Desember 1640 hingga 4 Januari 1641. Erupsi yang pertama tercatat ini memiliki Skala luar biasa. Tidak tercatat jumlah korban jiwa pada saat itu, catatan ini dalam sumber dikumpulkan oleh Neuman van Padang (1951) dan Wichmann (1893). PVMBG mencatat terdapat erusi freatik kecil dan menengah yang berurutan pada tahun 1641
Pada 10-16 Desember 1711, erupsi dengan awan panas dan lahar erupsi dari kawah pusat, disusul lahar hujan. Daerah antara Tabukan dan Tahuna hancur. Korban manusia dilaporkan sekitar 3.000 orang (Valentijn 1711), yang meliputi 2.030 orang di Kendahe (diantaranya raja Syamsialam), 70 orang di Koloza dan 408 orang di Tahuna.
Mencermati catatan sejarah, Tokoh adat kepulauan Sangihe Yupiter Makasangkil mengatakan, kita tak bisa meremehkan sedikit pun fenomena alam apalagi dari Gunung Awu. Hari ini kita patut bersyukur, reaksi reaksi vulkanik itu sudah memiliki alat deteksi yang moderen. Sehingga bisa lakukan langkah Antisipasi sebelum meletus. Dulu terkadang, kita tidak mengetahui ajal sudah dekat akibat terpaan vulkano yang datang tiba tiba. Tak heran korban masa silam itu jumlah ribuan.
Kepala Pelaksana BPBD Sangihe, W. Labesi, menyampaikan bahwa peringatan ini sebagai tindaklanjut adanya peningkatan status Gunung Api Awu, dari level Waspada menjadi Siaga. Selain itu menurut dia, masih terdapat aktivitas dari masyarakat maupun pengunjung dan dimintakan segera menjauh dari radius 5 kilo meter.(Dirangkum dari berbagai sumber)
Editor / Penulis Meidi Pandean
Web Editor : Yamamoto
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.