Tahuna, kliktimur.com – Kerinduan para pedagang kuliner terutama yang bertengger di lantai tiga pasar Trikora, yang terletak persis di tengah tengah kota Tahuna untuk mendulang untung sepertinya harus bersabar.
Setelah setahun lebih dioperasikan, sejumlah pelaku UMKM yang berani memulai usahanya terutama kuliner dibuat gelisah karena pertumbuhannya masih jalan ditempat atau Megap megap.

Pantauan kliktimur.com, Sabtu (02/03/24) ratusan bilik yang tersedia dilantai tiga, baru sekitar empat bilik yang terpakai, bahkan beberapa diantaranya baru persiapan dan ratusan lebih bilik masih tertutup rapat. Suasana senyap diakhir pekan ini diakui para pelaku usaha, sudah berlangsung saat dibuka.
“Kami hanya berusaha bertahan, tapi tetap sepi pengunjung. entahlah, ini lanjut atau seperti apa, kami juga belum tau.” Ujar salah satu pemilik kedai kopi saat dijumpai media ini.
Lantas apa dan bagaimana agar UMKM yang ada posisi teratas pasar Trikora yang dibangun dari dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ini?
Tokoh Pemuda Sangihe, Ronny Serang saat berbincang bincang mengemukakan bahwa pengelola fasilitas publik ini selain harus lebih profesional, juga mengevaluasi dan diatur sesuai zona. Sebab menurut dia, jika melihat posisi saat ini penempatan masih campur aduk.
Contoh saja, jika disepakati diatas lantai tiga pusat kuliner, maka itu harus tegak lurus. Kunjungan penikmat kuliner harus di giring keatas, tidak bisa bagian bawah diijinkan kuliner. Jika ini tak dicari solusinya, makan bagian atas siap siap menjemput kekumuhan.

Dinas terkait Disperindag kabupaten Kepulauan Sangihe perlu mengevaluasi itu dengan gerak cepat. Sebab lebih lama tak disolusikan, banyak pedagang akan meninggalkan tempat yang hingga kini belum menunjang kemajuan usaha kuliner.
“Keadaan saat ini bisa saja eksis atau sebaliknya jemput kekumuhan.” Ujar Serang.
Kadis Disperindag kabupaten Kepulauan Sangihe Rivai Madang,SH sempat menjelaskan pengaturan itu, tapi sering berbuntut masalah. Ada pihak yang sulit diatur dan beralasan bahwa lokasi kuliner dipaksakan di selasar lantai bawah. Konstruksi berlantai, lanjut dia memang harus ada pengaturan zona dagangan, tapi ini terus jadi polemik.
Fasilitas untuk menghidupkan UMKM daerah, yang menghabiskan kurang lebih 32 miliar dari PEN ini, belum menyentuh subtansi persoalan. Keadaan ini dinilai banyak kalangan harus disolusikan atau pugar. Bisa jadi disewakan ke pihak ketiga, apalagi bunga pinjaman membebankan daerah lebih dari 42 miliar setiap tahun.
Penulis / Editor : Meidi Pandean
Web Editor : Yama
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.