Manado, kliktimur.com – Ketidakberesan perencanaan bahkan proses pekerjaan pembangunan Asrama Mahasiswa Sangihe di Tondano ternyata sedang dalam penanganan Polda Sulut. Kajari Tahuna Eri Yudianto tak menepis hal tersebut.
“Terkait masalah penyelesaian bangunan asrama yang hingga kini belum bisa difungsikan, sudah ditangani Polda Sulut. Silakan ditanyakan ke Polda Sulut.” Jelasnya saat ditemui kliktimur.com (4/05/2023).
Persoalan ini lanjut Yudianto, sempat di dalami pihaknya, tapi karena sudah ditangani Polda Sulut, itu sudah menjadi tugas Polda. Itu sebabnya, awak media tanyakan ke Reskrim Polda Sulut. Pihaknya juga sempat mengakui masalah ini dilaporkan beberapa unsur termasuk LSM tanpa menyebutkan identitas ormas pelapor.
Ada dugaan proyek tersebut selain tak sesuai bestek, juga pembebasan lahan dicurigai ada permainan. Sejumlah pihak mendesak pihak aparat harus menelusuri kualitas pekerjaan juga pembebasan lahan, yang ditengarai menguntungkan oknum tertentu.
Berbagai pihak mempertanyakan pembangunan yang disebut sebut bakal menelan biaya 27 miliar itu, perencanaannya kurang beres. Bayangkan sudah hampir tiga miliar pembangunan, belum dana pembebasan lahan yang sudah terpakai, tapi pembangunan belum bisa ditempati karena tak memenuhi unsur kelayakan.
Selain lantai dasar belum dilengkapi tehel, air bersih juga belum tersedia, apalagi sejumlah toilet tak selesai di kerjakan. Intinya bangunan asrama ini belum layak huni. Sialnya lagi bangunan tersebut didirikan di lembah, tengah hutan yang tak memiliki akses jalan aspal dan jauh dari kampus Universitas Manado.
“Ada beberapa mahasiswa Unima asal Sangihe, beberapa kali datang mencari tahu, apakah bangunan ini sudah bisa dihuni, kita cuma bilang lihat saja kondisinya.” Ungkap seorang penjaga yang mendirikan rumah persis disamping lokasi didirikan asrama.
Pemerhati lingkungan Drs. Gabriel Mandiangan saat dimintai tanggapan mengatakan dirinya sependapat dengan Pj. Bupati Sangihe, bahwa seharusnya pekerjaan asrama ini disesuaikan dengan keuangan yang tersedia dan dibangun hingga bisa di fungsikan.
“Perencanaan awal tak realistis, bahkan kurang cerdas. Harusnya ketersediaan dana tiga miliar itu sudah bisa dibangun asrama konstruksi satu lantai untuk puluhan kamar lengkap peralatan dalam asrama. Jika pemahaman itu dipakai, maka asrama tersebut sudah bisa di gunakan.” ujar Mandiangan sembari mempertanyakan posisi bangunan dibuat jauh dari kampus bahkan di tengah hutan tanpa akses jalan.
Merencanakan tiga lantai dengan anggaran puluhan miliar, lantas jadinya seperti saat ini mubasir. Dalam keadaan terbatas pasca covid, pemerintah penganti akhirnya harus kerja keras untuk menyelesaikan itu.
“Pemda akan mencoba untuk menyiasati penyelesaian lantai dasar, agar sudah bisa difungsikan sambil berfikir kelanjutan gedung, sekaligus membangun akses jalan agar Mahasiswa dimudahkan untuk akses menuju asrama.” jelas Pj, Bupati Sangihe dr Rinny Tamuntuan saat sidak ke lokasi pembangunan tersebut.
Hingga berita ini di turunkan, belum terkonfirmasi ke Polda Sulut.
Penulis / Editor : Meidi Pandean
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.