Jayapura,kliktimur – Pidato berapi api Bupati Lany Jaya Befa Jigibalom disela acara syukuran berakhirnya masa jabatan Asosiasi Bupati Pegunungan tengah (19/5) disalah satu lokasi wilayah Wamena Kabupaten Jayawijaya, mendapat tanggapan pedas wakil ketua 1 DPR Provinsi Papua Junus Wonda.
Kepada wartawan Wonda menegaskan, Pidato Befa yang cenderung menyudutkan sejumlah tokoh termasuk Gubernur Papua Lukas Enembe terkait klimax pemekaran provinsi, merupakan pelecehan bagi tokoh besar Papua juga rakyat Papua.
Menurut Wonda, pro kontra yang terjadi terkait penolakan pemekaran atau pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB) provinsi dan UU Otsus Jilid II, itu hal yang biasa dan demokrasi yang sedang terjadi saat ini di Tanah Papua. Namun lanjutnnya, tidak perlu menjustifikasi dan menyalahkan seseorang atau pun pemimpin. “Apalagi sampai menyebut nama orang tersebut.”tukasnnya.
Menyalahkan sesama pemimpin itu perbuatan yang tidak beretika. “Dan saya mau sampaikan kepada Befa Jigibalom, harus tahu dan ingat, anda menjadi pemimpin atau menjadi bupati, hasil buah tangan dari pemimpin yang anda jelekan.”teriaknya.
Lanjut Wonda, dia (Befa) harus jujur, karena sebelum jadi Bupati anda jadi seperti ini karena kebersaran Lukas Enembe. “Bapak Lukas Enembe yang telah mengorbitkan anda untuk menjadi Bupati hingga dua periode. “Jadi jangan seperti kacang lupa kulitnya. Untuk itu dalam berpidato dimana pun, harus beretika dan tidak boleh kita menyebut langsung atau menelanjangi nama orang.”paparnya.
Bapak Lukas Enembe, ujar Wonda, sudah mengorbitkan sekian banyak kader hingga menjadi para bupati hari ini. harusnnya anda berterimakasi bukam balik menyerang.
Oleh karena itu, sebagai sesama politisi, Wonda mengajak semua para elit politik menghormati serta menghargai sesama pemimpin.
Diakui didalam dunia politik tentu akan ada perbedaan pendapat serta perselisihan dan itu wajar jika terjadi, tetapi dalam etika politik juga harus dijaga dan tidak boleh menyebutkan nama seseorang. Jika ada yang seperti itu, berarti belum dewasa di dalam berpolitikan, belum dewasa dalam dunia politik serta belum dewasa menjadi seorang politisi.
“Untuk itu, saya mau sampaikan kepada saudara Befa, kita boleh punya ambisi, juga boleh punya keinginan untuk menjadi gubernur, tapi ingat kita harus utamakan etika politik. Dan kita juga harus tahu diri, kita ini datangnya dari mana, kita bisa muncul hari ini di publik datangnya dari mana, kita bisa menjadi bupati datangnya dari mana. Sebab saya sendiri dan tahu persis seberapa besar pengorbanan dan dukungan bapak Lukas kepada kita semua, ” bebernya.
Memurut legislator Papua itu, Lukas Enembe adalah tokoh Papua yang penuh kharismatik dan itu harus diakui dengan jujur, sebab belum ada pemimpin yang berjiwa besar dan kharismatik seperti Lukas Enembe.
“Disini saya mau sampaikan kepada saudara saya Befa tapi juga sebagai keluarga, di dalam menyampaikan pidato pidato politik berikutnya, saya harap tidak menyebutkan nama seseorang. Etika politik harus kita pegang. Kita tidak perlu menyalahkan sana sini, menyalahkan gubernur, menyalahkan DPRP, menyalahkan MRP. Kami DPRP dan MRP adalah lembaga institusi tersendiri. Kalau anda merasa tidak nyaman karena statement DPR selalu menolak juga MRP, ya sudah. Kami ini berbeda dan itu harus anda hargai. Seperti kami juga menghargai. Bahkan didalam statemen statemen kami tidak pernah menyebut nama para bupati karena itu etika politik harus dijaga,” Tandasnya.
Meskipun hari ini sambung dia, ada saat jabatan itu akan berakhir jika masanya telah tiba. Jabatan, kedudukan dan kekuasaan itu semua ada masanya. Untuk itu sekali lagi saya mau sampaikan, sebagai sesama elit politik di Papua, kita tidak boleh menjelekan satu sama lainnya.(Diel dan tim)
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.