Manado,kliktimur.com
Jelang pendaftaran kandidat Pasangan Calon (Paslon) yang bakal berselancar di pilkada Kabupaten Kepulauan Sangihe, tensinya terus memuai. Trik bahkan manuver sejumlah kandidat untuk memperebutkan tiket naik pentas pun kian terbuka. Banyak kalangan menilai, perhelatan pilkada serentak jelang akhir tahun 2024 lebih panas, dibanding pilkada lima tahun silam.
Hal ini cukup beralasan, karena hitungan prosentase perolehan kursi di DPRD Sangihe, sangat memungkinkan Paslon yang akan didaulat bisa lebih dari tiga kontestan. Sekalipun sepekan terahkir ‘adu nyali’ kian menegang, namun belum ada satu pun Paslon, akurat mendapat legitimasi atau Surat Keputusan (SK) yang sudah berpasangan.
“Legitimasi perseorangan sudah diterima, tapi surat keputusan (SK) paket calon yang biasanya dikeluarkan DPP masing masing, belum.” Ujar sejumlah politisi Sangihe.
Yang menarik dua partai yang secara absolut bisa mengusung sendiri paket calonnya, yakni PDIP dan Nasdem, tak serta merta dengan mudah diraih, bahkan siapa Paslonnya, masih membingungkan. Sisa waktu hingga pendaftaran, suasana akan lebih tegang, karena kemungkinan terjadi perubahan yang dramatis, mengingat situasi cenderung tanda tanya. Di kubu dua partai memiliki kursi terbesar di DPRD Sangihe, masih saling silang, karena aspirasi yang dicampur aduk dengan kebijakan pimpinan partai setingkat lebih tinggi, masih belum jelas.
Kubu partai besutan Megawati Soekarno Putri misalnya, sekalipun sedari awal telah ‘mengaklamasikan’ dr Rinny Silangen Tamuntuan (RST), yang belakangan santer akan siap berpasangan dengan pengusaha muda Sangihe Mario Seliang (MS), masih terus dibayang bayangi aspirasi sebagian internal pengurus PDIP yang belakangan kian intens menyodorkan wajah figur ketua PDIP Sangihe Drs. Heronimus Rompas Makagansa (HRM) di sosial media.
Bagi sebagian kalangan menyebutkan, kehadiran dua figur Cabup fenomenal, baik RST maupun HRM dari kubu Banteng moncong putih yang bakal dilegitimasi bersama pasangannya, adalah bagian dari demokrasi, karena punya hak yang sama. Sekalipun hal itu, tergantung kebijakan akhir internal induk partai baik provinsi maupun pusat. Sementara kalangan lain menilai, munculnya dua alternatif sebagaimana pengalaman nilai banyak pihak, kurang menguntungkan jika tak segera disimpulkan salah satunya dari dalam internal plus rekonsiliasinya.
Kondisi serupa, terjadi pula di kubu Nasdem Sangihe, setelah muncul figur yang di legitimasi Gerindra dan Nasdem Sulut kedepankan Hendrik Manosso (HM) bahkan satunya lagi Srikandi Hetty Taramen(HT) yang sedang bermanufer di DPP Nasdem, ingin menyaingi HM dan ‘mengganggu’ Michael Thungari (MT). Sekalipun alternatif itu muncul dari external partai, tapi ini sangat mengganggu konsentrasi figur yang sedari awal telah diputuskan, bahkan mendapat legitimasi DPP Nasdem yakni Cabup Michael Thungari (MT) yang belakangan mendaulat pasangannya dari kader Partai Golkar Sangihe Tendris Bulahari (TB).
Kondisi ini menurut banyak pihak, lebih membingungkan dibanding PDIP. Sebab, satu sisi Nasdem Sangihe dengan legitimasi DPP, sudah bulat mengusung MT sebagai kontestan andalan mereka. Namun sisi lain Nasdem Sulut, justru cenderung bergandengan tangan dengan Gerindra yang resmi mencalonkan Yulius Stevanus Komaling (YSK) yang secara otomatis, setingkat dibawahnya harus ikut arus.
“Kami akan pelajari dan ikuti perkembangan, sebab jika ada halangan prinsip, saya lebih memilih tetap di DPRD. Silakan saja, jika ada yang lebih baik,” Ujar MT lewat Ponsel menjawab pertanyaan media kliktimur.com, terkait kehadiran HM.
Yang unik dari kubu koalisi Golkar – Demokrat, mengedepankan ketua Golkar Sangihe Jabes Ezar Gaghana (JEG), harus siap menerima tawaran figur yang justru bukan kader Demokrat Sangihe yakni Sherly Tjanggulung (ST). Paslon ini jika dilegitimasi, nilai banyak kalangan, patut kerja keras karena belum begitu akrab dengan warga kepulauan Sangihe, apalagi ST lebih dikenal di kabupaten Talaud.
JEG yang disebut sebut perlu miliki pasangan yang bisa mengkatrol suara, kemungkinan meleset dan ini diakui banyak kader Golkar, tawaran itu masih membingungkan. Justru sejumlah pasangan yang bisa mengkatrol suara JEG dari Selatan Sangihe sebagaimana medsos, antara lain dr. Apri Daud Loris (ADL). “Mungkinkah itu terjadi?” Sebut jurnalis Sangihe Arno Tamawoel saat berdiskusi dengan media ini. Bagaimana pula antara HM dan HT? Menurut Arno, semua masih membingungkan.
Penulis / Editor : Meidi Pandean
Web Editor : Yamamoto
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.