TAHUNA, kliktimur.com – Keseruan pilkada Sangihe semakin menarik disimak. Selain PDIP mulai mewacanakan figur figur yang akan di persiapkan, tak kala bersaing partai Golkar yang masih dalam kendali Jabes Ezar Gaghana (JEG), juga mulai merumuskan kandidatnya yang akan diutus berselancar ke pentas pilkada Sangihe.
Lantas seperti apa kesiapan beringin ketika mempersiapkan JEG untuk bertarung? Disebut sebut JEG dipasang dengan figur koalisi antara lain Gerindra, bisa juga Nasdem yang dikomandani Siegfried Takarangkian Makagansa (STM). Ini cukup beralasan karena partai Golkar Sangihe kali ini kehilangan ruang untuk mengusung sendiri dan harus kolaborasi sebagaimana perolehan kursi di DPRD Sangihe hanya 4 personil.
Claim sejumlah kalangan, bahwa pimpinan daerah yang paling pas untuk menjemput status bupati lagi adalah JEG. Alasannya cukup sederhana karena JEG diakui tetap membangun sekalipun dia terjepit kepentingan dalam kekuasaan Merah.
Mencermati perjuangan partai Golkar kali ini sebagaimana sebut sejumlah pengamat, suasananya jauh berbeda ketika JEG dengan jargon Megahago Memenangkan Gaghana Hontong, kalahkan pasangan waktu itu Hironimus Rompas Makagansa (HRM) – dr. Fransiscus Andi Silangen (FAS) di 2017 silam.
Perjalanan tugas bupati Sangihe JEG-HH selaku pengendali segala kebijakan daerah tidaklah muda. Hanya kurang lebih dua tahun jalan berbarengan, mereka dikabarkan pecah kongsi. JEG dalam kepemimpinan lanjut, ibarat kehilangan keseimbangan dan harus berfikir sendiri tanpa koordinasi Wabup HH lagi. Kepemimpinan JEG terbilang banyak dirundung kelam, selain musibah bertubi tubi merusak banyak infrastruktur publik, tak lama berselang, dua tahun sebelum mengakhiri masa jabatan pasangan ini, Wabup HH dengan penyakit akut yang dideritanya selama ini, harus meninggalkan Sangihe untuk selamanya.
Daerah kemudian dalam kendali JEG. Sebelum mengakhiri masa tugas, reaksi politik memui, karena konflik berkepanjangan itu ternyata berdampak kurang baik bagi pemerintahan Megahago. Dari sana ditarik kesimpulan bahwa dukungan terhadap HH lebih dari 60 persen itu datangnya dari mantan anggota DPRD dua periode HH. Kadar simpati ke almarhum Embo pangilan akrabnya dari masyarakat menurut banyak kalangan, justru yang menghantar keberhasilan Megahago.
Setelah dua tahun melepas kuasa dikepulauan ini, JEG tetap menetap di kepulauan Sangihe menjalankan sejumlah tanggung jawab organisasi yang dipimpinnya. Selain KONI Sangihe dia juga masih aktif sebagai Ketua pelka bapak se kabupaten Sangihe. Puaskah warga kepulauan Sangihe terhadap kepemimpinannya? terlalu vulgar jika harus dibeberkan, karena tak ada gading yang tak retak. Yang pasti kepercayaan diri JEG masih terjaga karena hingga dua tahun tak lagi pegang kuasa, Partai yang menghantar dirinya merebut 01 Sangihe, masih dalam kendalinya.
Menatap momen pilkada 2024,JEG dikabarkan tetap eksis, apalagi dalam proses kerja partai, dia kemudian didaulat dalam acara Musyawarah Daerah (Musda) Golkar setahun silam, dirinya dinobatkan calon satu satunya harus merebut kembali kuasa itu. Semudah itukah JEG mendapatkan kembali status Tembonang U Wanua pada pilkada yang ada didepan mata? Ini menjadi menarik disimak.
Yang pasti keberhasilan Megahago 2017 silam, terpatik simpati rakyat itu karena figur Wabup HH sangat fenomenal. Sekalipun tak miliki suasana seperti 2017, JEG tak dibuat keder. Untuk uji coba elektabilitasnya, momen pemilihan legislatif Sangihe, urung tak dilewatkan, bahkan dengan langkah pasti bergeser ke dapil ‘neraka’ Tahuna Manganitu, mengabaikan dukungan keluarganya di dapil Sangihe Selatan. Dia pun resmi terdaftar ikut ajang kompetisi politik ke DPRD Sangihe. Sayang beribu sayang hasil pileg, dirinya kurang beruntung. Padahal dari lembaga itu pula yang melengkapi dirinya berhasil menggenggam kursi panas wakil bupati selanjutnya ke bupati Sangihe.
Nah! seperti apa episode perjalan karir politiknya, seiring usia tak muda lagi, bahkan telah lahir tunas muda beringin, hasrat untuk kembali menakodai Sangihe tetap tak kendor. Berhubungan tak memenuhi prosentase usung sendiri, inilah yang menambah kesibukan Partai Golkar harus menggaet satu atau dua partai untuk menggenapi pengusungan pasangan calon (Paslon).
Partai mana saja yang kemungkinan ingin bersanding dengan peluang Golkar yang secara nasional diuntungkan, sekalipun JEG di daerah, terdegradasi soal kepuasan rakyat terhadap kepemimpinannya dan sebab musabab lain yang juga tak mungkin harus dibeber secara gamblang. Issu hangat beredar, sejumlah kandidat dalam komunikasi intens, bahkan figur eksternal partai pun digadang gadang disandingkan, seperti Aprikonus Loris dan nama nama lain dari Gerindra dan Nasdem. Siapa mereka, kita tunggu perkembangan. (Bagian 2 habis)
Web Editor : Yamamoto.
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.