Tahuna, kliktimur.com
Entah siapa yang memulai perencanaan bangunan baru Rumah Sakit (RS) Liun Kendage Tahuna, seperti dipaksakan berdiri diatas pinggiran tebing. Selain boros anggaran, dalam pantauan media ini, RS yang menghabiskan puluhan miliaran tersebut nilai warga Tahuna juga pelayan Tuhan Pdt. Athohema Medea, adalah sebuah kecerobohan yang jangan diulangi lagi. Hal ini disikapi publik menyusul ada kabar tak sedap bahwa bangunan ini selain menyulitkan keluarga pengguna fasilitas, juga sudah mulai bocor, dan rentan terhadap bahaya longsor.
Sejumlah pihak sempat menganalisa proses kerja bangunan tak miliki perencanaan matang, karena dipaksa berdiri di pinggiran tebing, banyak dibumbui rekayasa jalur masuk, termasuk lahan parkiran boros anggaran, juga memberi kesan tak nyaman untuk bangunan dan pengguna. “Ini rumah sakit baru, dibangun di lahan tebing yang sangat terpaksa, seharusnya anggaran yang didapat era kepemimpinan mantan Bupati JEG, memperbaiki saja bangunan lama dan memperluas arealnya, bukan justru membangun baru RS yang hanya terlihat megah dari kejauhan, setelah merapat, bak naik ke sebuah menara yang perlu kehati hatian dan Tenaga ekstra.
Perencanaan bangunan yang sewaktu waktu bisa mencelakai pengguna, tidak matang. Terpaksa dan sebuah kebijakan perencanaan yang miris. Melihat posisi RS baru itu, seperti Sangihe sudah tidak ada lahan rata, sehingga dipaksakan tertancap di landasan tebing yang menguras anggaran yang tidak sedikit. Diakui banyak pihak bahwa berobat di bangunan RS lama lebih nyaman ketimbang menggunakan bangunan baru tampak elit tapi kurang nyaman. Terpantau sejumlah pintu masuk, masih digembok, lebih terlihat seperti penjara / lembaga pemasyarakatan, bukan rumah kesehatan.
Apalagi dimalam hari, selain tak miliki penerangan yang cukup, parkiran di waktu penghujan kondisi licin dan perlu kehati hatian melewati jalur menuju parkiran, seperti menjangkau rumah susun perlu tenaga ekstra kendaraan ke parkiran yang melingkar diatas tebing. Itupun bagi warga yang punya kendaraan, jika jalan kaki, harus melewati jalur sulit menanjak dan ini sebuah kebodohan perencanaan.
“Kami harus lebih berhati hati menjangkau lahan parkiran bersusun dalam keadaan telanjang tanpa atap penutup. Diwaktu penghujan selain tak nyaman, warga pengguna fasilitas publik ini bergerak konvensional menjangkau ruang penjaga yang jauh karena posisinya tak disiasati didepan tapi dalam gedung.” Ujar sejumlah warga pasien yang mengakui ini perlu perbaikan total karena manajemen RS akan kesulitan menata lanjut luaran RS baru ini, karena konsepnya sudah salah dari awal perencanaan. Pengelola RS dr. Aprikornus Daud Loris ketika dihubungi via ponsel, hanya memberi jempol tanpa penjelasan.
Penulis / Editor : Meidi Pandean
Web Editor : Yamamoto
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.