Catatan Online Kliktimur: Meidi Pandean, SH
Semenjak UU pemilu mengisyaratkan pilkada dilakukan lewat pemilihan langsung oleh rakyat bukan lagi lewat lembaga DPR. Sejak Tahun 2006, pemilu 2024 ini adalah kali ke empat petarungan pilkada secara langsung. 2006 tercatat dalam sejarah, dimenangkan Paslon Saligana atau Salindeho – Gaghana perwujudan dari Koalisi Kuning- Merah. Lanjut 2011 dimenangkan Pasangan Makagangsa – Gaghana keduanya Kader PDIP.
2017 Sangihe kembali memilih dan melahirkan Bupati dari partai Golkar Jabes E Gaghana kader merah banteng, lompat ke kuning berpasangan dengan Helmut Hontong yang dikenal ketika itu Mengahago. Berselang lima Tahun, 2022 Mengahago lepas kuasa tanpa lagi didampingi HH karena wafat. Selanjutnya untuk penyesuaian pilkada serentak, pemerintahan diisi dua penjabat bupati yakni Riny Tamuntuan dan Albert Huppy Wounde. Ada kurang lebih beberapa tahun belakangan, tampungan lawo dipimpin penjabat sementara hingga awal 2025 tahun depan.
Besok 27 November 2024, adalah pelaksanaan pilkada langsung yang resmi diikuti empat pasangan calon (Paslon) atau empat kontestan, masing masing Koalisi Beringin – Demokrat nomor urut 1 Jabes E Gaghana – Patras Madonsa, yang berikut nomor urut 2 Koalisi NasDem, PKB dan Hanura mengutus Paslon Michael Thungari – Tendris Bulahari. Selanjutnya Paslon urut 3 memasangkan Rinny Tamuntuan – Mario Seliang mewakili kader PDIP, dan yang paling terahkir nomor urut 4 afiliasi Gerindra, Perindo mengelindingkan Pasangan Hendrik Manosso – Membran Sinadia. Belajar dari pengalaman tiga kali pilkada langsung didaerah ini, situasinya berbeda beda setiap lima Tahun.
Menengok catatan pertarungan pilih langsung pertama di 2006, Indikator kekuatan karena Pasangan Salindeho – Gaghana, Koalisi dua partai yang memiliki basis besar yakni Gokkar – PDIP Sulit ditaklukkan, terlebih suara bulat wilayah kelahiran Drs. Winsulangi Salindeho (WS) Sitaro belum pemekaran, otomatis mendongkrak perolehan pasangan ini. Partai lain yang mengikutkan kandidatnya dibuat bungkam.
Selanjutnya pilkada kedua pada 2011, Golkar tumbang, memenangkan paslon Hironimus Rompas Makagansa – Jabes Ezar Gaghana murni kader partai banteng moncong putih. Pasangan ini menyalip lawannya incumben Winsulangi Salindeho Golkar yang berpasangan dengan mantan birokrat Sangihe Sifried Takaringkiang Makagangsa. Menjadi lemah, selain ketika itu PDIP sedang buming dukungan kepemimpinan Olly Dondokambey, juga Winsulangi tak lagi memperoleh dukungan dari Sitaro tanah kelahirannya menyusul sudah terpisah wilayah otonom dengan Sangihe.
Seterusnya pilkada ketiga 2017, diungguli Pasangan Jabes Ezar Gaghana kader PDIP yang lompat pagar ke Golkar berpasangan dengan kader Golkar Helmut Hontong. Pada situasi ini Incumben HRM yang meminang sesama kader banteng Fransiscus Andi Silangen dulunya disebut MaSi tumbang sekalipun waktu itu kepemimpinan provinsi dan Republik ada ditangan PDIP. Megahago atau Menangkan Gahgana Hontong ter-orbit sebagai pemenang, Indikator kemenangan itu adanya penyatuan kekuatan rakyat untuk Megahago, terlebih dikaitkan dengan berbagai masalah di internal kepemimpinan HRM saat bupati, itu yang membuat Paslon MaSi, bertekuk lutut 2017.
Padahal seluruh kekuatan banteng dari Kabupaten kota bupati / walikotanya plus Gubernur keroyokan hadir ditanah Tampungan Lawo. MaSi terbungkam karena kekuatan Rakyat Sangihe spontanitas bersatu menghantar Paslon Megahago. Melihat beberapa indikator yang erat kaitannya dengan pergantian kepala daerah di kabupaten Sangihe, belum pernah ada bupati yang bisa mempertahankan kekuasaan hingga dua periode, sejak pemilihan langsung Tahun 2006. Ini menunjukan bahwa warga tampungang lawo selalu ingin melihat ada bupati baru. Nah!! apakah pada perhelatan kali ini 2024, berhubung diikuti beberapa mantan, bisakah memecahkan mitos ini?
Ada dua wajah baru calon Bupati, keduanya terkoneksi dengan pemerintah pusat termasuk pasangan Menadia. Masyarakat tinggal memilih siapa yang bakal diutus. Mencermati kesiapan wajah baru, yang dinilai paling siap dengan dukungan fenomenal, yakni Paslon Thungari – Bulahari (Tuari) selain Tuari muda berenergi plus cocok segala cuaca kepulauan, dukungannya hampir merata di kepulauan Sangihe. Banyak Kalangan memprediksi Tuari unggul. Apalagi sebagian kekuatan PDIP dan Golkar nyata menyelinap dan mendukung pasangan Tuari.
Lawan Terkuat Tuari yakni Tamuntuan Seliang (Tamang) dipasang PDIP tanpa afiliasi. Menengok sejarah, akankah Banteng bisa berkibar kembali di saat kepemimpinan Republik sudah beralih ke Gerindra bersama parpol lain? Status PDIP sebagai parpol oposisi saat ini atau (Bersebrangan dengan pemerintahan Prabowo) masih berpeluangkah di Kabupaten Sangihe untuk berkuasa sebagaimana di 2011 silam? Mungkinkah mitos-tak pernah ada bupati dua periode itu- dapat dipecahkan? Atau para mantan harus merunduk sundulan partai lain yang dibayangi Prabowo. Kita lihat hasil usai pemungutan 27 November, siapakah yang akan ter-orbit sebagai pemenang? **
Discover more from Kliktimur
Subscribe to get the latest posts sent to your email.