Tahuna, kliktimur.com
Nasib tak sedap kemungkinan akan dialami beberapa politisi Kabupaten Kepulauan Sangihe. Hal itu menyembul tajam pasca pilkada serentak usai digelar. Sumber resmi yang memohon tak menyebutkan identitasnya, menjelaskan bahwa ancaman Penganti Antar Waktu (PAW) di beberapa partai sebagai pengusung Pasangan Calon (Paslon) akan mengalami nasib kurang menguntungkan, sekalipun baru sekitar dua bulan dilantik sebagai wakil rakyat.
Penelusuran media online kliktimur beberapa hari terakhir, sekalipun hasil pilkada belum tiba pada pleno akhir, namun ancaman akan di PAW terutama di parpol berlambang Merci atau Domokrat Sulut pimpinan Elly Engelbert Lasut (E2l) sudah dimulai, menyusul politisi Asal Sangihe Ronal Sampel kemungkinan menelan pil pahit, setelah surat pemecatan baik dari keanggotaan maupun DPRD sulut berproses, karena telah dibacakan dalam Banmus DPRD Sulut pekan lalu.
Selain di lingkungan partai Demokrat, dari kandang Banteng PDIP Kepulauan Sangihe ada ancaman serupa, karena diduga ada semacam permainan dibelakang layar yang menguntungkan partai tertentu atau paslon di pilkada serentak barusan. Tanpa bisa menyebut kesalahan para politisi itu secara gamblang, namun alasan sehingga harus mengalami PAW khusus mereka yang berhasil duduk pada Pemilihan Legislatif (Pileg) awal 2024 lalu terdeteksi sulit dihindari.
Kasus yang menimpa politisi Demokrat Ronal Sampel yang juga ketua Demokrat Sangihe sebagaimana disampaikan beberapa sumber internal demokrat Sangihe, terduga tak menjunjung keputusan tertinggi partai soal Koalisi Golkar – Demokrat untuk paslon di Sangihe. Selain tak melakukan koordinasi intens dengan Golkar Sangihe, mesin partai tak bergerak. Bahkan ada informasi teranyar, Ronal Sampel terekam mengeluarkan anjuran tak populis untuk mendukung kandidat tertentu dan membelakangi paslon Golkar -Demokrat.
Selain Sampel, ada juga dua politisi Demokrat di DPRD Sangihe akan mengalami hal serupa karena mengabaikan keputusan tertinggi partai Demokrat. Ronal Sampel sendiri hingga berita ini di turunkan belum berhasil di konfirmasi. Ponsel pribadinya pun dalam posisi tidak aktif.
Dibagian lain dari kandang Banteng sebagaimana sas sus beredar, ada kurang lebih tiga politisi yang baru dilantik juga mengalami hal yang sama, yakni ancaman PAW. Belum dapat di sebutkan siapa siapa saja yang akan terdegradasi dari kursi DPRD Sangihe itu, namun yang pasti hanya satu dua personil DPRD dari PDIP selamat dari ancaman itu. Kasus dilingkungan PDIP mirip mirip dengan Demokrat. Tapi PDIP, ada kader yang justru terang terangan melanggar keputusan tetap organisasi terkait Paslon
Kericuhan dikandang banteng Sangihe sudah menjadi rahasia umum. Ketegangan itupun semakin tinggi saat mendekati hari pencoblosan, rekonsiliasi semakin sulit dicapai. Keputusan yang sangat tidak populis mengganti secara mendadak ketua PDIP dari tangan Hironimus Rompas Makagansa (HRM) setelah dia tak diberi ruang dalam perhelatan pilkada dan memberi kesempatan kepada figur yang justru bukan pengurus dan kader partai, adalah kesalahan fatal.
Terlebih kebijakan melantik Ferdi Sondakh sebagai ketua DPRD yang seharusnya memberi kesempatan kepada HRM demi untuk mengurai ketegangan, justru menyuburkan bara api dikandang banteng. Keputusan ketua PDIP Sulut Olly Dondokambey sepengetahuan DPP PDIP untuk mengganti ketua PDIP dan melantik Ferdi Sondakh ketua DPRD Sangihe merupakan sumber utama malapetaka bagi PDIP Sangihe. Selain terpecah, soliditas banteng Sangihe remuk tak karuan.
Beberapa kader PDIP dalam diskusi terbatas sangat prihatin menyaksikan perubahan kepemimpinan secara mendadak kepada pihak yang ternyata minim tenaga merekatkan penyatuan di lingkungan banteng, di saat sedang menghadapi hajatan lima tahunan itu” Didi Sondakh tak mampu mengurus partai, justru ambisinya memeluk kekuasaan di partai dan DPRD dengan cara mendiskreditkan HRM ke DPP, adalah sumber utama malapetaka Banteng Sangihe” Ujar Mereka yang mengatasnamakan aliran Banteng biru. Entah siapa yang menyusup dan membuat infrastruktur partai terkuat di kabupaten sangihe ini jadi lumpuh total. Ada beberapa pihak yang dituding bersikap ‘stel tau’ juga mempengaruhi keadaan jadi berantakan, sehingga banteng dengan tanduknya yang kekar kehilangan tenaga bahkan keseimbangan.
Bias negatif indisipliner organisasi oleh beberapa politisi dua parpol yang dituding berandil besar mengakibatkan banteng dan demokrat mengalami situasi buruk yakni kekalahan dalam hajatan pilkada Sangihe – Sulut, memaksa dua parpol ini tertunduk malu dan siap siap memberi ‘Hadiah’ berdasarkan rekam jejak sejumlah politisi yang ditengarai melemahkan parpol termasuk menabrak keputusan tertinggi dua parpol besutan Megawati Soekarno Putri dan AHY ini.
Penulis / Editor : Meidi Pandean
Web Editor : Yamamoto
Discover more from Kliktimur
Subscribe to get the latest posts sent to your email.