TAGULANDANG, kliktimur.com – Suara deburan ombak kecil di sepanjang pantai dua kampung di bawah kaki gunung ruang, kini seakan lenyap tak terdengar, sisakan suasana kelam duka nestapa. Betapa tidak, kesejukan dan rasa damai itu, harus dilepas saat mereka dijauhkan dari guncangan alam Gunung api ruang yang tak hanya siap merengut nyawa, tapi menghentikan peradaban kampung setempat. Dua kampung itu oleh pemerintah segera jadi wilayah konservasi dan relokasi total.
![](https://kliktimur.com/wp-content/uploads/2024/05/Bencana-Gunung-Ruang-Tagulandang-7-694x1024.jpg)
Hampir seribuan orang, sebelum Gunung ruang menunjukan aksinya, dengan berat hati bercampur gelisah dan ketakutan, mereka harus meninggalkan segalanya, dan diangkut ke wilayah Tagulandang untuk mencari perlindungan. Disela sela reaksi Gunung semakin naik, dua kampung ini seperti terkunci sebelum akhirnya kehilangan wajah. Pengakuan masyarakat, saat mereka diangkut dan harus meninggalkan seluruh harta bendanya, sesungguhnya adalah pilihan tersulit, tapi apa mau dikata, siapapun harus beranjak kata Desmon warga setempat yang mendiami salah satu tempat pengungsian di Tagulandang Selatan.
![](https://kliktimur.com/wp-content/uploads/2024/05/Bencana-Gunung-Ruang-Tagulandang-6.jpg)
Letusan Gunung Api Ruang sehari setelah pengosongan, langsung menggelegar ditengah malam dan melahap seluruh isi dua kampung yang dalam keadaan tak berpenghuni. Suasana Tagulandang diakui mereka, seperti akan kiamat, lontaran baru pijar menyerbu keseluruh arah, apalagi pada semburan kedua, suasana gelap, hujan lebat disertai gemuruh menimbulkan ketakutan luar biasa.
![](https://kliktimur.com/wp-content/uploads/2024/05/Bencana-Gunung-Ruang-Tagulandang-5-637x1024.jpg)
Cerita pilu ditempat pengungsian yang serba sangat terbatas, disaat bersamaan hati dan pikiran mereka membayangkan semburan batu dan lahar panas, bercampur debu vulkanik menghempas satu persatu seluruh harta benda yang mereka peroleh bertahun tahun.
![](https://kliktimur.com/wp-content/uploads/2024/05/Bencana-Gunung-Ruang-Tagulandang-4.jpg)
Dilaporkan dari lokasi bencana, dua kampung yang kini sisakan puing, bukalah kampung sederhana, melainkan kampung dengan infrastruktur bangunan rumah penduduk dominasi permanen dan bagus bagus. Namun apalah artinya semua itu, kini lenyap tinggal kenangan sambil menunggu uluran tangan pemerintah untuk merelokasi ribuan penduduk Tagulandang Utara itu.
![](https://kliktimur.com/wp-content/uploads/2024/05/Bencana-Gunung-Ruang-Tagulandang-2.jpg)
Dalam pengungsian darurat lebih dari sepekan, warga terdampak, tak hanya menderita, namun dipenuhi tekanan batin yang lara. Mereka benar benar kehilangan harapan, karena dua kampung yang selama ini adalah tempat ternyaman untuk kehidupan keseharian mereka, lenyap seketika. Sekalipun saat ini mereka terjauh dari kelaparan berkat campur tangan pemerintah dan segala pihak, luka nestapa yang dialami kali ini tak main main dan butuh waktu panjang mengatasinya.
![](https://kliktimur.com/wp-content/uploads/2024/05/Bencana-Gunung-Ruang-Tagulandang-1.jpg)
Informasi terahkir yang diterima media ini, letusan kedua (30/04/2024) tak hanya berdampak di dua kampung, melainkan merambah keseluruh Tagulandang. Tak heran sejak kemarin dan lanjut hari ini belasan ribu warga dari sejumlah kecamatan sontak berbondong bondong mengungsi ke Manado – Bitung. Kekejaman alam kali ini benar telah mengusik ketenangan dua pulau penghasil buah salak terbaik dunia di kabupaten kepulauan Sitaro ini.
![](https://kliktimur.com/wp-content/uploads/2024/05/pengungsi-1.jpg)
![](https://kliktimur.com/wp-content/uploads/2024/05/pengungsi-2.jpg)
Editor/Penulis : Meidi Pandean
Web Editor : Yamamoto
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.