Tahuna, kliktimur. com
Sejumlah issu pedas yang dialamatkan ke swalayan terbesar di Kota Tahuna yakni Megaria Swalayan terkait upah karyawan dan tudingan perlakuan kurang baik bagi pekerja di lingkungan swalayan tersebut, dibantah tegas direktur Utama Swalayan yang mulai exis era 90an dan buming beberapa tahun terakhir, Marsel Togelang. Direktur muda berbakat ini di hadapan media kliktimur,com, mengemukakan, bahwa patokan, khusus soal upah kerja karyawan yang bekerja dilingkungan usahanya ini, gunakan UMK daerah umumnya dua jutaan bahkan ada yang melebihi UMK atau UMR khusus SDM tertentu
Terkait upah karyawan menurut dia memang bervariasi bahkan ada yang digaji belasan juta sesuai tangungjawabnya. Dirinya juga membantah soal gaji 1 jutaaan. Tidak ada karyawan megaria swalayan digaji dengan upah 1 jutaan.” Di lingkungan perusahaaan kami, tidak ada yang dibayar 1 jutaan sebagai mana issu berkembang, mohon ini diluruskan.” Pintahnya sembari menambahkan bahwa, kalu mau jujur, coba krochek di toko toko lain, apakah sudah menjalankan ketentuan yang ada, karena didaerah ini tidak hanya megaria swalayan.
Lebih jauh dirinya menjelaskan, bahwa lika liku mengurus usaha retail seperti yang dikelolanya, tidak mudah untuk tetap bertahan dan exis. Ekonomi daerah juga sangat berpengaruh terhadap maju mundur sebuah usaha apalagi belakangan ekonomi pasca pandemi Covid, benar benar masih lesu. “Kami berusaha dengan pinjaman bank timbulkan beban yang sangat berat, tapi tekat kuat harus mampu exis. Ini juga persoalan nasib pekerja, tak semata berfikir keuntungan. kami berusaha keras, bagaimana agar usaha ini tetap exis, sehingga hampir 200 karyawan tetap diberi upah yang sepadan atau sesuai kondisi ekonomi daerah.” Ujar Togelang.
Kemudian lagi soal perlakuan terhadap karyawan, diakuinya, semua berjalan sebagaimana ketetuan, terutama soal panisman, apresiasi, dan pihaknya punya kriteria khusus internal perusahaaan. Tidak benar memperlakukan karyawan semena mena.
Togelang menambahkan, bahwa tekat bulat pihaknya sebagai pengelola, berjuang keras agar lapangan kerja yang sudah membantu para pekerja didaerah ini tetap berjalan normal. Sebab perusahaaan yang paling besar membuka potensi untuk para penganggur didaerah, selain PT Dinasty, juga perusahaaan yang dipimpinnya PT. Megaria Lestari Indah yang harusnya diapresiasi bukan dihambat apalagi dituding macam macam
Sebab menyangkut kriteria upah daerah sambung dia, harus juga menjunjung tinggi keseimbangan kondisi perekonomian, yang diakuinya sedikit lesuh. Pihaknya juga sangat ingin menampung pekerja dan memikirkan nasib mereka lebih baik kedepan, tapi harus disesuaikan, karena untuk menjaga usaha ini tetap exis tidak semuda membalikan telapak tangan. Megaria Lestari, tak seperti beberapa usaha tipe yang sama, mungkin UMR karena mereka punya modal dari pusat dan beroperasi di beberapa daerah.
“Kami hanya ditopang dengan pinjaman bank dengan bunga tinggi, dan pengembangan Megaria lingk ini hanya di tataran lokal, cukup membantu sekalipun bunga bank harus ditangani berkali lipat, sehingga perlu dipahami.” Jelasnya. Togelang mengatakan bahwa terkait patokan upah pekerja ini memang butuh rumus dan keadaaan ekonomi daerah yang bisa menunjang. Jika pemerintah juga belum bisa memenuhi keinginan, karena kemungkinan masih ada honorer yang dibayar dibawah standar, bagaimana pihaknya, status swasta dengan beban bunga yang tidak mudah tangani
“Kami sebagai pengelola dan atas nama keluarga memohon maaf juga atas kurang dan lebihnya dalam mempertahankan usaha ini. Yang pasti, sedikitpun kami tak ada niat memeras tenaga warga kepulauan Sangihe, kami justru berjuang keras agar lapangan kerja kurang lebih 200 karyawan yang rata rata warga kepulauan Sangihe tetap punya wadah untuk mempertahankan hidup.” Tutupnya.
Editor / Penulis : Meidi Pandean, SH
Web Editor : Yamamoto
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.