SANGIHE — Festival Seni Budaya Sangihe (FSBS) 2025 resmi dibuka pada Jumat (7/11/2025) dengan sebuah karnaval budaya yang memadati pusat Kota Tahuna. Pembukaan yang berlangsung semarak ini menjadi awal dari rangkaian kegiatan festival yang digelar hingga 15 November di kawasan Pelabuhan Tua Tahuna.
Dengan mengusung tema “Mehengke Nusa” (mengangkat harkat dan martabat daerah) serta slogan Membangun Bersama Rakyat, FSBS 2025 menjadi wujud nyata kecintaan masyarakat terhadap warisan leluhur sekaligus strategi pemerintah daerah dalam mendorong ekonomi kreatif dan pariwisata.

Ribuan warga memadati sepanjang jalur karnaval untuk menyaksikan arak-arakan budaya yang menampilkan kekayaan tradisi Sangihe. Parade diawali dengan barisan kehormatan pembawa Bendera Merah Putih dan bendera daerah, dikawal dengan penuh disiplin oleh anggota Paskibra Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Kemudian tampil ikon budaya seperti Tamo Raksasa—kue adat Sangihe—serta kostum-kostum unik yang menggambarkan satwa endemik kepulauan. Kemeriahan dilengkapi pertunjukan Tari Salo, Tari Upase, serta atraksi seni lain dari komunitas budaya, lembaga pendidikan, dan berbagai elemen masyarakat.

Acara pembukaan ditandai dengan pembacaan sambutan Gubernur Sulawesi Utara, Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus, S.E., oleh Plt. Sekretaris DPRD Sulut, Niklas Silangen, yang sekaligus membuka FSBS 2025 secara resmi.
Dalam sambutannya, Gubernur menegaskan bahwa keberhasilan festival ini merupakan buah dari semangat gotong royong atau mapalus, nilai luhur yang menjadi identitas masyarakat Sangihe.

“Kemajuan tidak berarti meninggalkan akar budaya. Negara-negara maju seperti Jepang dan Korea, serta Bali di Indonesia, tetap kuat karena menjaga budaya leluhurnya,” pesan Gubernur.
Ia juga berpesan kepada generasi muda agar tidak merasa kuno ketika mencintai budaya daerahnya.
“Kita bisa menjadi modern tanpa kehilangan jati diri. Dari budaya, kreativitas justru tumbuh,” imbuhnya.
Pemerintah Provinsi Sulut, lanjutnya, berkomitmen menjadikan FSBS sebagai agenda tahunan yang mampu menarik wisatawan nasional dan internasional serta membuka peluang ekonomi lokal.

Bupati Kepulauan Sangihe, Michael Thungari, S.E., M.M., dalam sambutannya menegaskan bahwa FSBS adalah manifestasi kecintaan masyarakat terhadap warisan budaya di tengah arus transformasi digital.
“Transformasi digital bukan berarti meninggalkan budaya lama, tetapi menjadi jembatan untuk memperluas jangkauan dan makna budaya kita,” ujar Bupati.
Ia berharap festival ini dapat memperkuat ekosistem budaya daerah, yang berperan besar dalam mendukung sektor UMKM, pariwisata, dan industri kreatif.
“Seni, adat, dan budaya tidak hanya hidup di panggung festival, tetapi juga harus berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Ketua Panitia FSBS 2025, Asisten III Setda Vebe A. K. Bawole, S.Sos., M.E., menyampaikan bahwa festival tahun ini memiliki tujuan strategis, yaitu mempromosikan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif daerah.
Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki 49 daya tarik wisata unggulan dan 121 pelaku ekonomi kreatif yang terus berkembang. Melalui FSBS 2025, potensi tersebut diharapkan semakin dikenal luas dan memberi dampak ekonomi bagi masyarakat.
Rangkaian kegiatan festival meliputi pameran seni dan fotografi, lomba Masamper, musik bambu, hadrah, lomba perahu pakura, hingga pesta rakyat yang melibatkan pelaku UMKM lokal.
Pembukaan FSBS 2025 turut dihadiri Wakil Bupati Kepulauan Sangihe Tendris Bulahari, Sekretaris TP-PKK Ny. Agnes Bulahari Walukow, S.E., Ketua TP-PKK Kabupaten Kepulauan Sangihe Ny. Cherry Thungari Soeyoenus, S.E., Sekretaris Daerah Melanthon Herry Wolff, Ketua Dharma Wanita Persatuan, unsur Forkopimda, para Asisten Setda, pimpinan OPD beserta jajarannya, BUMN, BUMD, serta tamu undangan lainnya.
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

