SANGIHE – Tradisi turun-temurun masyarakat pesisir, Seke Maneke, kembali digelar dalam sebuah festival budaya yang semarak di Desa Wisata Pulau Para Lelle, Kecamatan Tatoareng, Kamis (12/06/2025). Festival ini menjadi momentum kebangkitan warisan leluhur sekaligus penggerak sektor pariwisata dan ekonomi lokal.
Setelah sempat terhenti sejak 1996, Seke Maneke dihidupkan kembali pada 2024 dan kini digelar untuk kedua kalinya sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya Sangihe. Tradisi menangkap ikan secara kolektif menggunakan alat sederhana ini sarat dengan filosofi kebersamaan dan penghormatan terhadap alam.
Festival dibuka dengan prosesi adat Mamata, yaitu ritual doa yang dipimpin tokoh adat sebagai ungkapan syukur dan permohonan keselamatan kepada leluhur serta alam semesta. Prosesi sakral ini menjadi tanda dimulainya kegiatan penangkapan ikan menggunakan seke, alat tradisional khas masyarakat pesisir.
Acara ini turut dihadiri Bupati Kepulauan Sangihe Michael Thungari, S.E., M.M., Wakil Bupati Tendris Bulahari, Ketua dan Sekretaris TP-PKK, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara dr. Kartika Devi Tanos, serta Staf Khusus Gubernur Bidang Pariwisata Drevy Malalantang bersama jajaran lainnya.
Bupati Michael Thungari dalam sambutannya menyampaikan bahwa Festival Seke Maneke memiliki nilai budaya dan ekonomi yang besar bagi masyarakat. “Ini bukan hanya tentang pelestarian budaya, tetapi juga bagaimana kita membangkitkan ekonomi lokal. Antusias masyarakat sangat luar biasa, dan ini peluang besar untuk sektor pariwisata dan UMKM kita,” tegasnya.
Kapitalaung Para Lelle, Elengkey Nesar, juga menekankan bahwa ritual Mamata adalah inti dari keseluruhan tradisi. “Ini bukan sekadar formalitas, tapi bentuk rasa hormat dan keseimbangan antara manusia dan alam,” ujarnya.
Kemeriahan festival tahun ini tidak hanya menarik minat warga lokal, tapi juga wisatawan dari berbagai daerah. Berbagai pertunjukan budaya, kerajinan tangan, serta kuliner tradisional turut memeriahkan kegiatan, membuka ruang promosi dan transaksi bagi pelaku usaha lokal.
Bagi masyarakat Desa Para Lelle, Festival Seke Maneke bukan hanya pelestarian tradisi, tetapi juga harapan baru bagi kesejahteraan. Dengan dukungan pemerintah dan partisipasi masyarakat, festival ini diharapkan terus berkembang menjadi ikon budaya tahunan yang mampu mengangkat potensi desa ke tingkat yang lebih luas.(*)
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.