Tahuna,kliktimur.com
Keinginan agar kabupaten kepulauan Sangihe bisa keluar dari ketertinggalan dan mendongkrak segala potensi agar miliki daya saing dan lapangan kerja terbuka luas, seiring upaya men-drive pemanfaatan sumber daya alam, baik sektor pertambangan maupun perikanan, tentu menjadi kerinduan semua pihak.
Kecenderungan memperebutkan kuasa, lalu menjalankan program dan melaksanakan tugas normatif saja dari waktu ke waktu, perlu dievaluasi dan penyadaran bagi kita semua untuk segera mengubah posisi kabupaten kepulauan Sangihe menuju ke arah yang benar benar bermanfaat bagi seluruh rakyat ditanah Tampungang Lawo. Demikian penyataan yang diutarakan pemerhati politik Nusa Utara Drs. Gabriel Mandiangan saat berdiskusi dengan media kliktimur.com (07/08/2024).
Mandiangan menegaskan bahwa tidak ada yang salah bagi kepemimpinan selama ini, akan tetapi, perlu kita renungkan bersama, sampai kapan Kabupaten ini tetap dalam posisi kerdil, tak miliki daya saing, minim lapangan kerja bahkan seperti tak mampu menghadirkan investasi untuk sebuah industri perikanan, yang bisa membawa harapan lebih baik bagi masyarakat.
Dia mengatakan, jika pemimpin ke depan orientasinya sekadar menghabiskan APBD, siapapun bisa jadi bupati di daerah di kepulauan ini. Kepemimpinan kedepan harus pemimpin dengan minzet yang berani dan mampu menerobos ruang ruang sulit untuk mengeksploitasi segala potensi untuk kemakmuran rakyat.
“Mana bisa kita hanya berharap dari dana desentralisasi yang belakangan terus diciutkan. Kita butuh pemimpin yang berani ambil langkah strategik, tak sekadar di agung agungkan, lalu main safe untuk kepentingan kelompok sempit dan demikian seterusnya.\
Itulah sebabnya, sambung Mandiangan pola pikir masyarakat yang sulit bergeser dari kecenderungan primordial, gemar saling silang, tak mau keluar dari zona nyaman, sedapat mungkin beranjak untuk kebaikan kedepan. Memposisikan figur asli daerah tidak ada yang keliru, akan tetapi, menjadi tidak afdol, konsep keterbukaan untuk lebih leluasa membuka ruang bagi siapa saja yang berkemampuan mengubah Sangihe.
“Mari kita harus selalu wellcome.”Ajak Mandiangan.
Sebab sejarah mencatat, figur yang pernah menjadikan daerah ini mandiri di tengah suasana sulit, bukan orang daerah asli, melainkan orang luar Sangihe, Bupati Sutoyo yang sangat diakui di zamannya. Kita tak bisa selalu mempersempit cara berfikir masyarakat, karena zaman sudah berubah dari konvensional ke digitalisasi yang lebih terbuka tanpa batas.
“Mari kita sama sama berbenah, berjuang bersama sama, agar kabupaten kepulauan Sangihe tak sekadar dijadikan sapi perah atau dikuasai secara bergilir untuk kepentingan kelompok kecil, tanpa menunjukan perubahan yang hakiki untuk kemakmuran rakyat didaerah ini.” Tutup Mandiangan.
Fenomena buruk, yang nyata masih berlangsung dan terus mengkerdilkan masa depan daerah ini, yakni kamuflase hambur uang atau bantuan recehan yang cenderung membutakan rakyat demi mendulang simpati, di saat ekonomi kerakyatan sedang tidak baik baik saja. Kemajuan daerah itu bukan karena uang receh yang dihambur hamburkan. Lalu diasumsikan daerah akan maju, jika pemimpin menyerupai ‘sinterclas’. Ini patut dicatat oleh semua pihak karena kamuflase itu selain menjadikan daerah ini miris secara permanen, juga bentuk pembohongan publik yang diulang ulang.
Sepantasnya bagi siapapun yang berkeinginan jadi pemimpin di daerah, benar benar berangkat dari niat luhur, merasa mampu lakukan perubahan di segala bidang, bagi kebaikan nasib rakyat, tak sekadar berlomba mengejar nikmat dan kehormatan, kemudian tanpa ada rasa malu meninggalkan daerah dalam keadaan tak berdaya bagi generasi mendatang.
Penulis / Editor : Meidi Pandean
Web Editor : Yamamoto
Eksplorasi konten lain dari Kliktimur
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.